"Pelayanan yang Terlupakan"
"Pelayanan yang Terlupakan"
(Refleksi bagi para pelayan Tuhan di gereja)
Kadang kita begitu sibuk mengatur pelayanan, tapi lupa hadir di dalamnya. Kita rapatkan agenda, susun jadwal mimbar, atur giliran bertugas — namun hati kita perlahan menjauh dari esensi pelayanan itu sendiri. Kita datang ke gereja bukan karena kasih, melainkan karena kewajiban. Kita melayani bukan karena rindu, tapi karena nama kita kebetulan ada di daftar tugas minggu itu.
Kita menuntut pendeta bekerja maksimal. Kita ingin ia tahu siapa yang sakit, siapa yang bergumul, siapa yang perlu dikunjungi. Tapi saat dia meminta kita untuk ikut serta dalam pelayanan kasih, kita memilih diam. Kita terlalu sibuk, terlalu lelah, atau merasa itu bukan bagian kita. Kita ingin gereja bertumbuh, tapi tidak siap menyiram dan memupuknya bersama-sama.
Apakah ini hati seorang hamba Tuhan?
Firman Tuhan dalam Yehezkiel 34 mengecam para gembala yang hanya menggembalakan diri sendiri. Mereka ada di posisi rohani, tapi kehilangan empati. Mereka dekat dengan mimbar, tapi jauh dari hati domba-domba. Dan kenyataannya, teguran itu bisa saja ditujukan kepada kita hari ini.
Yesus datang tidak untuk dilayani, tetapi untuk melayani. Ia tidak memilih-milih waktu, tidak menunggu giliran, tidak menuntut kenyamanan. Ia hadir bagi mereka yang tertolak, menyembuhkan yang terluka, dan mencintai yang tersesat. Ia tidak pernah berkata, “Ini bukan tugasku.” Dan kalau kita menyebut diri sebagai pelayan-Nya, mengapa kita begitu mudah berkata demikian?
Melayani bukan tentang jadwal. Melayani adalah tentang kasih.
Dan kasih tidak bisa ditunda.
Mungkin kita perlu berhenti sejenak dari semua rutinitas pelayanan. Duduk diam. Bertanya dalam hati: "Apakah aku masih melayani dengan cinta? Apakah aku masih peduli? Atau aku hanya bertahan dalam kebiasaan tanpa gairah rohani?"
Pelayanan sejati lahir dari hati yang tersentuh oleh Tuhan dan digerakkan untuk menyentuh orang lain. Pelayanan sejati tidak mencari panggung, tapi mencari jiwa. Dan pelayanan sejati tidak bisa dilakukan sendiri — harus dilakukan bersama.
Hari ini, mari kita pulihkan kembali semangat itu. Mari berhenti menuntut orang lain sempurna, dan mulai bertanya: “Apa yang bisa aku lakukan, Tuhan, untuk menjadi jawaban bagi jemaat-Mu hari ini?”
Karena ketika semua pelayan Tuhan saling memikul beban, melayani dengan hati, dan bergerak bukan karena jadwal tapi karena kasih — di situlah gereja Tuhan bersinar paling terang.
Posting Komentar