Ketika Hati Pelayan Menjadi Dingin
Ketika Hati Pelayan Menjadi Dingin
Ada kalanya dalam kehidupan bergereja, kita berjumpa dengan kenyataan yang menyedihkan: rekan-rekan seperjalanan dalam pelayanan mulai mundur perlahan. Mereka enggan hadir dalam sidang majelis, menolak terlibat dalam program gereja, dan bersikap cuek seakan semua bukan lagi urusan mereka. Bukan karena tidak mampu, tetapi karena hati mereka telah diselimuti kekecewaan — “pendapatku tidak didengar,” “keinginanku tidak dianggap.”
Namun, inilah saatnya kita merenung dalam terang Firman Tuhan: apakah pelayanan itu tentang kehendakku atau tentang kehendak Tuhan?
Jika pelayanan adalah tentang Kristus, maka panggungnya bukan milikku. Jika pelayanan adalah jawaban atas panggilan-Nya, maka aku bukan aktor utama, melainkan hamba yang patuh kepada Tuan yang memanggil. Yesus melayani, bahkan ketika Ia ditolak. Ia tetap setia, bahkan ketika tidak dimengerti. Ia taat sampai mati, bahkan ketika semua murid-Nya pergi.
Lalu bagaimana dengan kita? Apakah kita hanya mau melayani jika nama kita disebut, ide kita diterima, atau jalan kita diikuti? Apakah kita akan berhenti ketika tidak dihargai? Bila demikian, mungkin yang kita cari bukan kemuliaan Tuhan, melainkan pengakuan manusia.
Gereja bukan milik satu orang. Tubuh Kristus tidak digerakkan oleh satu suara, melainkan oleh kesatuan Roh Kudus. Ketika satu anggota memilih diam karena sakit hati, seluruh tubuh akan pincang. Tapi kabar baiknya: Roh Kudus sanggup memulihkan hati yang terluka, dan menyatukan kembali mereka yang tercerai oleh ego.
Jika engkau sedang kecewa, biarkan Tuhan memeluk dan menyembuhkan hatimu. Jangan biarkan kekecewaan membuatmu kehilangan panggilan muliamu. Bangkitlah! Gereja ini masih membutuhkanmu. Tubuh Kristus tidak lengkap tanpamu.
Dan jika engkau yang melihat rekanmu menjauh, jangan menghakimi. Rangkul dia dengan doa, dengan kasih, dengan pengharapan. Karena dalam tubuh Kristus, tak satu pun boleh hilang. Kita dipanggil bukan untuk dilayani, tapi untuk melayani – seperti Sang Guru yang membasuh kaki para murid-Nya.
Ingatlah, pelayanan sejati bukan lahir dari kenyamanan, tapi dari ketaatan. Dan di setiap langkah yang setia, Tuhan melihat. Tuhan menyertai.
Posting Komentar