“Bukan Sekadar Karyawan, Tapi Hamba Tuhan”
“Bukan Sekadar Karyawan, Tapi Hamba Tuhan”
Kadang, seorang pendeta bisa merasa lelah bukan karena beban pelayanan yang berat, tetapi karena sikap orang-orang yang ia layani. Ia mungkin merasa diperlakukan bukan sebagai pelayan Tuhan, tetapi lebih seperti pegawai gereja—yang harus selalu menyenangkan semua orang karena gajinya berasal dari jemaat. Bila menyampaikan kebenaran yang tajam, ia bisa ditegur. Bila mengambil keputusan yang tidak populer, ia bisa dipertanyakan. Seolah-olah pekerjaannya hanya bisa diterima selama ia "menguntungkan" bagi gereja secara organisasi.
Namun sesungguhnya, pendeta bukanlah karyawan jemaat. Ia adalah hamba Tuhan yang dipanggil untuk menggembalakan umat-Nya. Panggilan itu datang bukan dari manusia, tapi dari Allah sendiri. Dan upah sejati seorang pendeta bukanlah semata-mata gaji bulanan, melainkan kesetiaan kepada Tuhan dan sukacita melihat jiwa-jiwa bertumbuh dalam iman.
Memang benar, dalam sistem gereja modern, pendeta menerima dukungan dana dari jemaat. Tapi bukan berarti ia bisa dikendalikan atau diatur sesuai kemauan manusia. Gereja yang sehat adalah gereja yang saling menghormati: jemaat menghargai pelayan Tuhan, dan pendeta melayani dengan rendah hati, kasih, dan integritas.
Jika saat ini Anda adalah pendeta yang sedang bergumul karena merasa tidak dihargai atau dianggap seperti pegawai biasa, tetaplah kuat. Tuhan yang memanggil Anda melihat setiap tetes air mata, setiap luka yang tidak tampak, dan setiap ketulusan hati yang mungkin tidak dihargai oleh manusia. Jangan biarkan perlakuan orang lain mengaburkan siapa Anda di hadapan Tuhan.
Teruslah setia, bukan untuk menyenangkan manusia, tetapi untuk menyenangkan Tuhan. Kadang, pelayanan memang terasa sepi, sunyi, bahkan menyakitkan. Tapi percayalah, Tuhan tidak pernah menutup mata. Ia tahu siapa yang melayani-Nya dengan setia, dan Ia tidak akan membiarkan jerih payahmu sia-sia.
Hamba Tuhan sejati bukan yang populer, bukan juga yang tak pernah dikritik. Tapi dia yang tetap berdiri teguh di tengah badai, memegang erat panggilan Tuhan, dan berjalan terus dengan kasih yang tidak padam.
Posting Komentar