Elements of Biblical Exegesis oleh Michael J. Gorman

Table of Contents

 

Ringkasan Buku Elements of Biblical Exegesis oleh Michael J. Gorman

Buku Elements of Biblical Exegesis karya Michael J. Gorman adalah panduan komprehensif untuk melakukan ekségesis biblika secara sistematis dan bertanggung jawab. Buku ini dirancang bagi mahasiswa teologi, pendeta, dan siapa saja yang ingin menganalisis Alkitab dengan pendekatan yang lebih mendalam dan metodis.

Isi Utama Buku

Buku ini terbagi dalam tiga bagian utama:

  1. Orientasi (Pendahuluan ke Ekségesis)
    • Membahas apa itu ekségesis: penyelidikan mendalam terhadap teks Alkitab dari sudut pandang historis, sastra, dan teologis.
    • Ekségesis sebagai investigasi, percakapan, dan seni yang dilakukan dalam konteks tertentu.
    • Memperkenalkan dua pendekatan utama:
      • Pendekatan Analitis: Melihat dunia di balik teks (sejarah) dan di dalam teks (struktur sastra).
      • Pendekatan Keterlibatan: Melihat dunia di depan teks, yaitu dampak teologis, sosial, dan spiritual teks bagi pembacanya.
  2. Unsur-Unsur Ekségesis
    Buku ini menyajikan tujuh langkah utama dalam ekségesis:
    • Survey: Gambaran umum teks.
    • Analisis Kontekstual: Meneliti latar sejarah dan budaya teks.
    • Analisis Formal: Menganalisis struktur sastra dan genre.
    • Analisis Detail: Menguraikan kata, frasa, dan hubungan dalam teks.
    • Sintesis: Menyatukan semua hasil analisis untuk memahami pesan teks.
    • Refleksi Teologis: Menghubungkan teks dengan iman dan kehidupan.
    • Ekspansi dan Penyempurnaan: Mengembangkan pemahaman lebih lanjut dengan pendekatan lain seperti hermeneutika teologis atau misiologis.
  3. Petunjuk dan Sumber Daya
    • Ekségesis dan peran seorang penafsir.
    • Sumber daya yang dapat digunakan dalam studi Alkitab.
    • Contoh ekségesis dan pedoman menulis makalah penelitian ekségesis.

Keunggulan Buku

  • Menyediakan metode ekségesis yang mudah dipahami dan diterapkan.
  • Mengakomodasi berbagai pendekatan, baik historis-kritis maupun teologis.
  • Cocok untuk berbagai level pembaca, dari mahasiswa hingga pendeta.

Kesimpulan

Buku ini menegaskan bahwa ekségesis bukan hanya analisis teks, tetapi juga keterlibatan dengan teks secara spiritual dan teologis. Dengan pendekatan yang jelas dan sistematis, Elements of Biblical Exegesis menjadi panduan esensial bagi siapa saja yang ingin memahami dan menafsirkan Alkitab dengan lebih mendalam.

 

 

Penjelasan mendetail

Ringkasan Buku Elements of Biblical Exegesis oleh Michael J. Gorman

Buku Elements of Biblical Exegesis karya Michael J. Gorman adalah panduan komprehensif untuk melakukan ekségesis biblika secara sistematis dan bertanggung jawab. Buku ini dirancang bagi mahasiswa teologi, pendeta, dan siapa saja yang ingin menganalisis Alkitab dengan pendekatan yang lebih mendalam dan metodis.

Isi Utama Buku

Buku ini terbagi dalam tiga bagian utama:

Bagian Pertama

Pendahuluan ke Ekségesis (Orientasi dalam Elements of Biblical Exegesis)

Pendahuluan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dasar tentang ekségesis Alkitab, mengapa hal ini penting, dan bagaimana berbagai pendekatan dapat digunakan untuk menafsirkan teks Alkitab secara bertanggung jawab.

1. Apa Itu Ekségesis?

Ekségesis berasal dari bahasa Yunani exēgeisthai, yang berarti "menarik keluar" atau "menjelaskan sesuatu dengan mendalam." Dalam studi biblika, ekségesis merujuk pada penyelidikan sistematis terhadap teks Alkitab untuk memahami makna yang dimaksudkan dalam konteksnya. Ekségesis berbeda dari eiségesis, yang berarti memasukkan makna ke dalam teks sesuai dengan perspektif pribadi.

Ekségesis yang baik melibatkan tiga aspek utama:

  1. Sejarah (Historical Analysis):
    • Menyelidiki latar belakang sejarah teks, termasuk konteks sosial, budaya, politik, dan agama pada masa penulisannya.
    • Contohnya, dalam menafsirkan surat Paulus, kita perlu memahami kondisi gereja mula-mula dan konflik teologis yang sedang terjadi pada waktu itu.
  2. Sastra (Literary Analysis):
    • Menganalisis bentuk sastra teks (narasi, puisi, hukum, nubuat, surat, dll.), gaya bahasa, struktur, dan hubungan antar bagian dalam teks.
    • Misalnya, kitab Mazmur dipahami dengan pendekatan puitis, sedangkan Injil menggunakan metode naratif.
  3. Teologi (Theological Reflection):
    • Meneliti pesan teologis teks, bagaimana teks mengungkapkan sifat Allah, hubungan antara Allah dan manusia, serta relevansinya bagi iman Kristen.
    • Contoh: Ekségesis pada Yohanes 1:1-14 menunjukkan doktrin Kristologi tentang Yesus sebagai Firman yang menjadi manusia.

2. Ekségesis sebagai Investigasi, Percakapan, dan Seni

Gorman menekankan bahwa ekségesis bukan hanya soal memahami teks secara akademis, tetapi juga sebuah proses yang melibatkan:

  • Investigasi (Inquiry) → Ekségesis adalah penyelidikan aktif terhadap teks Alkitab, menanyakan pertanyaan kritis seperti:
    • Apa tujuan penulis dalam menulis teks ini?
    • Apa tema utama dalam bagian ini?
    • Bagaimana teks ini berhubungan dengan bagian lain dalam Alkitab?
  • Percakapan (Dialogue) → Ekségesis adalah percakapan dengan berbagai pihak:
    • Percakapan dengan teks itu sendiri.
    • Percakapan dengan pembaca lain, baik dari tradisi masa lalu maupun sekarang.
    • Percakapan dengan komunitas iman yang menggunakan teks tersebut.
  • Seni (Art) → Ekségesis bukan sekadar penerapan metode yang kaku, tetapi membutuhkan intuisi, kreativitas, dan keterbukaan terhadap wahyu Tuhan melalui teks. Seorang penafsir yang baik memahami bahwa ada nuansa dalam teks yang tidak selalu bisa dijelaskan secara teknis.

3. Dua Pendekatan Utama dalam Ekségesis

Dalam buku ini, Gorman memperkenalkan dua pendekatan utama dalam ekségesis:

A. Pendekatan Analitis (Analytical Approach)

Pendekatan ini berfokus pada dua hal utama:

  1. Melihat Dunia di Balik Teks (Behind the Text)
    • Menyelidiki sejarah, budaya, dan situasi yang melatarbelakangi teks.
    • Menggunakan metode seperti kritik sejarah, kritik sumber, dan kritik bentuk.
    • Contoh: Dalam memahami kitab Yesaya, kita perlu mengetahui konteks sejarah Israel pada masa pembuangan ke Babel.
  2. Melihat Dunia di Dalam Teks (Within the Text)
    • Menganalisis struktur teks, gaya bahasa, dan pola sastra.
    • Memeriksa bagaimana teks berfungsi sebagai sebuah karya sastra.
    • Contoh: Dalam Injil Markus, gaya naratifnya yang cepat dan penuh aksi mencerminkan tujuan penulis untuk menyoroti Yesus sebagai Hamba yang aktif.

Pendekatan ini sering digunakan dalam studi akademik dan menghasilkan wawasan mendalam tentang makna asli teks.

B. Pendekatan Keterlibatan (Engaged Approach)

Pendekatan ini lebih menekankan bagaimana teks berbicara kepada pembaca di zaman sekarang. Fokusnya ada pada:

  1. Melihat Dunia di Depan Teks (In Front of the Text)
    • Bagaimana teks dipahami dalam konteks teologis dan sosial saat ini.
    • Apa dampak teks bagi iman, kehidupan gereja, dan misi Kristen.
    • Contoh: Mazmur 23 yang berbicara tentang Tuhan sebagai Gembala dipahami tidak hanya dalam konteks Israel kuno tetapi juga dalam pengalaman iman Kristen saat ini.

Pendekatan ini sering digunakan dalam teologi kontekstual, teologi feminis, teologi pembebasan, dan hermeneutika misioner.

Kesimpulan

Pendahuluan dalam Elements of Biblical Exegesis memberikan dasar yang kuat bagi pembaca untuk memahami ekségesis Alkitab sebagai proses yang luas dan kompleks. Dengan memahami dua pendekatan utama—analitis dan keterlibatan—kita dapat membaca dan menafsirkan Alkitab dengan lebih mendalam, bertanggung jawab, dan relevan dengan kehidupan iman kita.

 

Bagian kedua

Unsur-Unsur Ekségesis dalam Elements of Biblical Exegesis oleh Michael J. Gorman

Ekségesis bukan hanya tentang membaca dan memahami teks, tetapi juga tentang menganalisisnya secara sistematis untuk mengungkap makna yang paling akurat dan relevan. Dalam bukunya, Gorman menyusun tujuh langkah utama dalam proses ekségesis, yang mencakup pendekatan historis, sastra, dan teologis. Setiap langkah ini membentuk struktur yang memungkinkan penafsir memahami teks secara komprehensif dan bertanggung jawab.

1. Survey: Gambaran Umum Teks

Survey merupakan tahap awal dalam ekségesis, di mana penafsir melakukan pembacaan awal teks untuk memperoleh pemahaman umum. Langkah ini bertujuan untuk:

  • Menentukan batas teks → Memastikan bagian mana dari kitab yang akan dianalisis.
  • Menangkap tema utama → Mengidentifikasi subjek dan pesan keseluruhan teks.
  • Menganalisis struktur dasar → Melihat bagaimana teks disusun secara garis besar.
  • Mengajukan pertanyaan awal → Menyusun daftar pertanyaan yang akan dieksplorasi lebih lanjut, seperti:
    • Apa konteks historis dan sosial dari teks ini?
    • Siapa audiens utama teks ini?
    • Apa tujuan utama teks ini?

Contoh: Dalam melakukan ekségesis terhadap Mazmur 23, tahap survey akan mengidentifikasi bahwa mazmur ini berbentuk puisi Ibrani, memiliki tema kepercayaan kepada Tuhan sebagai Gembala, dan kemungkinan besar digunakan dalam konteks ibadah umat Israel.

2. Analisis Kontekstual: Meneliti Latar Sejarah dan Budaya Teks

Analisis kontekstual bertujuan untuk memahami dunia di balik teks (behind the text), termasuk latar belakang sejarah, sosial, budaya, dan politik ketika teks ditulis.

Elemen Kunci Analisis Kontekstual

  • Konteks historis → Peristiwa sejarah yang melatarbelakangi teks (misalnya, pembuangan Babel dalam kitab Yesaya 40-55).
  • Konteks sosial → Struktur masyarakat pada masa itu (misalnya, peran imam dan nabi di Israel).
  • Konteks budaya → Nilai-nilai dan praktik keagamaan yang memengaruhi teks (misalnya, hukum kemurnian dalam Imamat).
  • Konteks politik → Kekaisaran atau pemerintahan yang berkuasa saat teks ditulis (misalnya, pengaruh Romawi dalam Injil).

Contoh: Dalam menafsirkan Lukas 5:1-11 (pemanggilan murid pertama), penting untuk memahami peran nelayan di Galilea pada abad pertama dan bagaimana hubungan mereka dengan pajak Romawi serta kehidupan ekonomi masyarakat Yahudi.

3. Analisis Formal: Menganalisis Struktur Sastra dan Genre

Setiap teks dalam Alkitab memiliki bentuk sastra yang berbeda dan harus dianalisis sesuai dengan genre-nya. Langkah ini membantu memahami dunia dalam teks (within the text).

Elemen Kunci dalam Analisis Formal

  • Identifikasi genre → Apakah teks ini narasi, hukum, puisi, nubuat, surat, atau apokaliptik?
  • Struktur dan pola sastra → Bagaimana teks ini disusun? Apakah memiliki pola pengulangan atau klimaks?
  • Unsur retorika → Bagaimana teks ini meyakinkan pembaca atau pendengar?

Contoh: Dalam Mazmur 56, analisis formal akan mengidentifikasi bahwa teks ini berbentuk doa lamentasi (ratapan), dengan pola khas yang mencakup keluhan, permohonan, dan pengakuan kepercayaan kepada Tuhan.

4. Analisis Detail: Menguraikan Kata, Frasa, dan Hubungan dalam Teks

Tahap ini adalah bagian yang paling mendalam dalam ekségesis, di mana setiap kata dan frasa dianalisis secara linguistik dan teologis untuk memahami maknanya secara akurat.

Elemen Kunci dalam Analisis Detail

  • Analisis kata dan frasa penting → Menggunakan kamus Ibrani/Aram/Yunani untuk memahami makna asli kata-kata kunci.
  • Struktur gramatikal dan sintaksis → Bagaimana hubungan antar kata dalam teks?
  • Intertekstualitas → Bagaimana teks ini berhubungan dengan bagian lain dalam Alkitab?
  • Variasi teks → Apakah ada perbedaan dalam manuskrip kuno (kritik tekstual)?

Contoh: Dalam Yohanes 1:1 (“Pada mulanya adalah Firman…”), analisis kata Logos dalam bahasa Yunani sangat penting untuk memahami konsep teologis Yesus sebagai Firman Allah yang kekal.

5. Sintesis: Menyatukan Semua Hasil Analisis untuk Memahami Pesan Teks

Setelah melakukan analisis detail, langkah berikutnya adalah menyusun semua temuan dalam sebuah kesimpulan yang koheren tentang makna teks.

Elemen Kunci Sintesis

  • Mengintegrasikan hasil analisis kontekstual, formal, dan linguistik → Bagaimana semua elemen ini membentuk pesan utama teks?
  • Menemukan tema utama → Apa pesan inti yang ingin disampaikan oleh teks ini?
  • Menganalisis relevansi dalam keseluruhan kitab atau Alkitab → Bagaimana teks ini berkontribusi terhadap teologi keseluruhan kitabnya?

Contoh: Dalam menafsirkan Roma 12:1-2, sintesis akan menunjukkan bahwa Paulus mengajarkan ibadah sejati sebagai respons atas kasih karunia Allah, yang melibatkan pembaruan pola pikir dan transformasi hidup.

6. Refleksi Teologis: Menghubungkan Teks dengan Iman dan Kehidupan

Tahap ini berfokus pada dunia di depan teks (in front of the text), yaitu bagaimana teks berbicara kepada pembaca masa kini dalam konteks gereja, teologi, dan kehidupan sehari-hari.

Elemen Kunci Refleksi Teologis

  • Bagaimana teks ini mengungkapkan sifat dan kehendak Allah?
  • Apa implikasi teks ini bagi iman Kristen dan kehidupan gereja?
  • Bagaimana teks ini berinteraksi dengan ajaran teologi lainnya?

Contoh: Dalam menafsirkan Yeremia 17:7-8, refleksi teologis dapat menunjukkan bagaimana kepercayaan kepada Tuhan digambarkan sebagai pohon yang berakar kuat, yang memiliki implikasi bagi kehidupan doa dan ketahanan iman Kristen.

7. Ekspansi dan Penyempurnaan: Mengembangkan Pemahaman dengan Pendekatan Lanjutan

Langkah terakhir dalam ekségesis adalah memperluas pemahaman teks dengan menggunakan pendekatan lain yang lebih luas, seperti hermeneutika teologis, misiologis, atau kontekstual.

Elemen Kunci Ekspansi dan Penyempurnaan

  • Pendekatan teologis → Bagaimana teks ini dibaca dalam tradisi gereja dan teologi sistematik?
  • Pendekatan misiologis → Bagaimana teks ini berhubungan dengan panggilan gereja dalam misi Allah?
  • Pendekatan etis dan sosial → Apa implikasi sosial dari teks ini dalam konteks dunia modern?

Contoh: Dalam menafsirkan Mikha 6:8 (“Hendaklah engkau berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu”), ekspansi hermeneutika kontekstual dapat mengeksplorasi bagaimana ayat ini menjadi dasar bagi teologi keadilan sosial dalam gereja masa kini.

Kesimpulan

Tujuh langkah ekségesis yang disusun oleh Gorman memberikan pendekatan yang menyeluruh untuk memahami teks Alkitab dengan akurat dan relevan. Proses ini memastikan bahwa penafsiran tidak hanya bersifat akademis, tetapi juga berdampak bagi iman, gereja, dan kehidupan Kristen.

Bagian ketiga

Petunjuk dan Sumber Daya dalam Ekségesis (Elements of Biblical Exegesis – Michael J. Gorman)

Bagian ini membahas berbagai aspek praktis dari ekségesis, termasuk peran seorang penafsir, sumber daya yang dapat digunakan, serta pedoman dalam menyusun makalah penelitian ekségesis. Pemahaman yang kuat terhadap ketiga aspek ini sangat penting bagi siapa saja yang ingin melakukan studi Alkitab secara mendalam dan bertanggung jawab.

1. Ekségesis dan Peran Seorang Penafsir

Seorang penafsir (exegete) bukan sekadar seseorang yang membaca Alkitab, tetapi seseorang yang secara aktif terlibat dalam proses analisis teks dengan pendekatan yang sistematis, kritis, dan teologis. Peran seorang penafsir sangat kompleks karena ia bertindak sebagai seorang peneliti, komunikator, dan teolog.

A. Kualifikasi dan Kualitas Seorang Penafsir

Seorang penafsir yang baik harus memiliki beberapa kualitas utama:

  1. Keterampilan Analitis → Mampu membedah teks secara kritis, memahami struktur, konteks, dan makna kata-kata dalam teks.
  2. Kepekaan Teologis → Menyadari bahwa Alkitab bukan hanya teks akademik, tetapi juga teks iman yang memiliki implikasi spiritual.
  3. Keseimbangan antara Obyektivitas dan Subyektivitas → Harus mampu membaca teks dalam konteks aslinya tanpa mengabaikan relevansinya bagi kehidupan masa kini.
  4. Keinginan untuk Terus Belajar → Studi ekségesis tidak pernah selesai; selalu ada wawasan baru dari berbagai bidang seperti arkeologi, linguistik, dan teologi yang dapat memperkaya pemahaman.
  5. Kemampuan Komunikasi → Seorang penafsir yang baik harus bisa menyampaikan hasil ekségesisnya dengan jelas, baik dalam bentuk tulisan akademik maupun dalam konteks pengajaran atau khotbah.

B. Tanggung Jawab Seorang Penafsir

Sebagai jembatan antara teks kuno dan pembaca modern, seorang penafsir memiliki beberapa tanggung jawab utama:

  • Meneliti dengan Jujur dan Akurat → Menghindari kesalahan tafsir akibat prasangka pribadi atau bias teologis.
  • Menggunakan Metode yang Benar → Mengikuti prosedur ekségesis yang sistematis untuk memastikan hasil analisis yang valid.
  • Menghubungkan Teks dengan Konteks Masa Kini → Mengaplikasikan pemahaman teks ke dalam situasi kehidupan modern dengan cara yang tetap setia pada pesan aslinya.
  • Membangun Dialog dengan Tradisi Teologi → Menyadari bagaimana teks telah ditafsirkan sepanjang sejarah gereja dan bagaimana hal itu berkontribusi terhadap pemahaman saat ini.

Contoh: Dalam menafsirkan Lukas 5:1-11 (pemanggilan murid pertama), seorang penafsir yang bertanggung jawab tidak hanya memahami latar belakang budaya dan historis, tetapi juga mempertimbangkan bagaimana panggilan Yesus kepada murid-murid-Nya dapat diaplikasikan dalam konteks gereja dan kehidupan Kristen saat ini.

2. Sumber Daya yang Dapat Digunakan dalam Studi Alkitab

Untuk melakukan ekségesis yang mendalam, seorang penafsir memerlukan berbagai sumber daya yang dapat membantu dalam menganalisis teks secara historis, linguistik, dan teologis.

A. Teks Alkitab dalam Berbagai Versi dan Bahasa Asli

  • Teks Alkitab dalam Bahasa Asli
    • Biblia Hebraica Stuttgartensia (BHS) → Untuk teks Ibrani dan Aram dalam Perjanjian Lama.
    • Nestle-Aland Greek New Testament (NA28) → Untuk teks Yunani dalam Perjanjian Baru.
  • Berbagai Terjemahan Alkitab
    • New Revised Standard Version (NRSV) → Digunakan dalam banyak studi akademik.
    • New International Version (NIV) → Seimbang antara kesetiaan pada teks asli dan kefasihan dalam bahasa modern.
    • Lexham English Septuagint (LES) → Untuk memahami Perjanjian Lama dalam versi Septuaginta (LXX).

B. Kamus dan Leksikon

  • Brown-Driver-Briggs Hebrew and English Lexicon (BDB) → Untuk memahami makna kata-kata dalam Ibrani.
  • A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature (BDAG) → Untuk menganalisis kata-kata Yunani dalam Perjanjian Baru.
  • Theological Dictionary of the New Testament (TDNT) → Untuk memahami konsep teologis dalam teks Yunani.

C. Komentari dan Ensiklopedia Biblika

  • Anchor Yale Bible Commentary (AYBC) → Komentar akademik yang mendalam.
  • New International Commentary on the Old and New Testament (NICOT/NICNT) → Komentari berbasis teologi yang menyeluruh.
  • The New Interpreter’s Dictionary of the Bible (NIDB) → Ensiklopedia yang memberikan latar belakang historis dan teologis yang kaya.

D. Sumber Arkeologi dan Sejarah

  • The Context of Scripture (COS) → Koleksi teks-teks kuno dari dunia Timur Dekat yang membantu memahami latar belakang sejarah Alkitab.
  • The Zondervan Atlas of the Bible → Menyediakan peta dan informasi geografis tentang dunia Alkitab.

E. Sumber Online dan Digital

  • Bible Hub (www.biblehub.com) → Menyediakan berbagai terjemahan dan alat ekségesis digital.
  • Step Bible (www.stepbible.org) → Alat studi Alkitab yang menawarkan akses ke teks bahasa asli dan berbagai komentar.
  • Perseus Digital Library (www.perseus.tufts.edu) → Memuat teks-teks Yunani dan Romawi yang relevan untuk studi biblika.

Contoh Penggunaan: Jika seseorang ingin menafsirkan Yohanes 1:1, ia dapat menggunakan BDAG untuk memahami kata Logos, NIDB untuk mengeksplorasi konteks budaya pada zaman Yesus, serta NICNT untuk melihat bagaimana para akademisi menafsirkan ayat ini dalam tradisi teologis.

3. Contoh Ekségesis dan Pedoman Menulis Makalah Penelitian Ekségesis

Menulis makalah ekségesis adalah cara untuk menyusun hasil penelitian secara sistematis dan akademis.

A. Struktur Makalah Ekségesis

  1. Pendahuluan
    • Menjelaskan teks yang akan dianalisis.
    • Menyatakan pertanyaan utama yang ingin dijawab.
  2. Survey Teks
    • Memberikan ringkasan umum teks dan struktur dasarnya.
  3. Analisis Kontekstual
    • Menyelidiki latar belakang historis, budaya, dan sosial teks.
  4. Analisis Sastra dan Bahasa
    • Memeriksa genre, struktur naratif, dan analisis kata-kata kunci.
  5. Sintesis dan Refleksi Teologis
    • Menyatukan semua hasil analisis dan menghubungkannya dengan teologi Kristen.
  6. Aplikasi dan Kesimpulan
    • Mengaitkan makna teks dengan kehidupan iman dan gereja masa kini.

B. Contoh Ekségesis dalam Buku

Buku Elements of Biblical Exegesis menyertakan contoh makalah ekségesis untuk membantu pembaca memahami bagaimana menerapkan metode ekségesis secara akademik. Contoh ini mencakup berbagai aspek analisis, mulai dari studi kata hingga refleksi teologis, dengan pendekatan yang sistematis dan berbasis sumber akademik.

Kesimpulan

Bagian ini menekankan bahwa ekségesis bukan sekadar proses teknis, tetapi sebuah disiplin yang memerlukan ketelitian akademik dan kepekaan teologis. Seorang penafsir harus menggunakan berbagai sumber daya yang tersedia untuk memastikan pemahaman yang akurat dan mendalam terhadap teks. Dengan memahami struktur makalah ekségesis, seseorang dapat menyajikan hasil analisisnya secara sistematis dan berdampak bagi komunitas iman.

 

Posting Komentar