MUSUH BESAR VS TUHAN LEBIH BESAR (Mzm. 121)

Table of Contents

 

Big Enemy, Bigger God

(Mzm. 121)

Pengantar

Pada suatu daerah di Australia, bila musim panen kentang tiba maka para petani akan berkumpul di suatu tempat. Mereka mengumpulkan kentang-kentang dan memisah-misahkan antara kentang-kentang yang besar, yang berkualitas baik, dengan kentang-kentang yang kecil, yang berkualitas kurang baik. Lalu mereka membawanya secara terpisah dengan truk ke pasar.

Suatu kali ada seorang petani yang tidak memisahkan kentang-kentang itu, tetapi memasukkan semuanya, yang kecil dan besar, ke dalam satu truk dan langsung membawanya ke pasar. Petani itu sengaja membawa truknya melewati jalan yang berbatu-batu. Sampai di pasar orang-orang heran melihat bahwa kentang-kentang yang besar, yang berkualitas baik, semuanya ada di atas, dan kentang yang kecil-kecil, yang kurang baik, semuanya tenggelam di bawah. Rupanya jalan yang berbatu telah memisahkan antara kentang yang besar dengan yang kecil. Antara yang berkualitas baik dengan yang kurang baik. Kentang-kentang yang besar, yang berkualitas baik semuanya muncul di permukaan, sedangkan kentang-kentang yang kecil, yang kurang baik, tenggelam di bawah.

Demikian juga dengan hidup ini. Kehidupan yang berbatu-batu akan memisahkan antara orang-orang yang imannya berkualitas baik, dengan mereka yang berkualitas tidak baik. Antara mereka yang imannya bertumbuh, yang besar, dengan mereka yang imannya kerdil, tidak bertumbuh, bahkan yang sebenarnya tidak beriman sama sekali. Kehidupan berbatu-batu bentuknya bisa bermacam-macam: Keadaan ekonomi yang sulit, masalah-masalah keluarga, sakit-penyakit, masalah dalam pelayanan, dosa dan pencobaan hidup, ketakutan atau kekuatiran akan masa depan, dan lain sebagainya.

Apakah melalui jalan berbatu-batu yang Tuhan izinkan ada dalam hidup ini, kita muncul sebagai orang yang imannya berkualitas baik? Muncul sebagai pemenang seperti kentang-kentang yang besar yang muncul di permukaan? Atau sebaliknya kita tenggelam dengan berbagai persoalan hidup ini? Saya percaya Tuhan menghendaki kita untuk hidup sebagai pemenang atas persoalan-persoalan hidup. Tuhan menghendaki kita makin memiliki iman yang berkualitas baik saat melewati jalan yang berbatu-batu. Salah satu bagian Firman Tuhan yang mengajarkan kita bagaimana hidup berkemenangan atas berbagai masalah kehidupan adalah Mazmur 121.

 

Mazmur 121

Penulis Mazmur 121 memulai Mazmurnya dengan mengatakan, "Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung, dari manakah akan datang pertolonganku?" (ay. 1). Mengapa pemazmur melihat gunung-gunung, lalu ia berbicara tentang pertolongan? Gunung-gunung yang dimaksud di sini adalah bukit-bukit Sion, di mana di balik perbukitan itu terletak kota Yerusalem. Seorang yang mau ke Yerusalem pasti akan melewati bukit-bukit Sion. Padahal jalanan di perbukitan itu tidak aman, sering terjadi perampokan. Maka saat pemazmur melayangkan matanya ke perbukitan Sion ia lalu bertanya-tanya tentang pertolongan, yaitu pertolongan bagi dirinya dan orang-orang Israel yang pergi/berziarah ke Yerusalem. Ulangan 16:16 mencatat bahwa paling sedikit orang Yahudi 3 kali setahun berziarah ke Yerusalem. Pada hari raya Roti Tidak Beragi, hari raya Tujuh Minggu dan hari raya Pondok Daun. Dari mana pertolongan bagi dirinya? Pemazmur menyimpulkan: "Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi" (ay. 2).

Semua orang percaya dapat dikatakan sebagai para peziarah juga. Dimulai pada saat kita percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Kita berziarah ke Yerusalem sorgawi. Dalam perjalanan hidup kita ke Yerusalem sorgawi ini kita juga akan melewati gunung- gunung atau bukit-bukit pencobaan dan kesulitan. Saat kita melewati pencobaan dan kesulitan kita juga menghadapi ancaman "perampokan" yang akan membuat hidup kita jauh dari Tuhan, kehilangan sukacita hidup dan menjadi sia-sia.

Dalam situasi seperti ini, kita patut bersyukur karena kita mempunyai Allah yang lebih besar dari musuh dan persoalan hidup kita. Memang dalam kenyataan hidup ini akan ada banyak persoalan besar (big enemy), tetapi Allah kita lebih besar daripada persoalan hidup ini (bigger God). Allah yang lebih besar daripada gunung-gunung pencobaan dalam hidup kita. Dengan demikian, seperti pemazmur, kita dapat dengan yakin berkata, "Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi". Atau seperti rasul Paulus kita dapat berkata, "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia (Yesus) yang memberi kekuatan padaku" (Flp. 4:13). Jadi inti berita Mazmur 121 adalah di tengah berbagai kesulitan hidup, setiap orang percaya dapat hidup berkemenangan dengan mengandalkan pertolongan TUHAN yang lebih besar daripada persoalan hidup ini.

Berdasarkan Mazmur 121 ini, kita dapat melihat beberapa alasan mengapa setiap orang percaya dapat hidup berkemenangan dengan mengandalkan pertolongan TUHAN, baik dalam menjalani hidup di sepanjang tahun ini maupun seumur hidup kita.

 

Tuhan Aktif Menjaga Umat-Nya

TUHAN bukan hanya Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi, tetapi la juga, di dalam kasih-Nya, aktif menjaga kehidupan umat-Nya. Dengan demikian kita dapat selalu mengandalkan pertolonganNya dalam setiap kesulitan atau pencobaan hidup. Dalam ayat 3-8 pemazmur memakai 5 kali kata kerja aktif "menjaga" (keep) yang dikenakan kepada Tuhan:

Di ayat 3 pemazmur mengatakan "Penjagamu tidak akan terlelap." Terjemahan yang tepat sebenarnya adalah "Yang menjagamu (he who keeps you) tidak akan terlelap."

Demikian juga dengan ayat 4. Istilah "Penjaga Israel," terjemahan yang tepat adalah "Yang menjaga Israel" (he who keeps Israel)

Lalu ayat 7 dan 8 mencatat tiga kali lagi kata "menjaga." "Tuhan akan menjaga engkau..."(ay. 7), "la akan menjaga nyawamu" (ay. 7) dan "TUHAN akan menjaga keluar masukmu" (ay. 8).

Dari penjelasan ini kita bisa menarik kesimpulan bahwa Allah kita yang Mahakuasa selalu aktif di dalam menjaga umat-Nya. la tidak pernah pasif atau berdiam diri, tetapi aktif menjaga kita. Tuhan tetap aktif bekerja meskipun seolah-olah Dia kelihatan kelihatan pasif dan berdiam diri.

Kapan TUHAN kelihatannya paling pasif? Saat Yesus, Anak Tunggal-Nya, dibiarkan-Nya tergantung di kayu salib. Saat Yesus berteriak, "Eloi, Eloi, lama sabakhtani?" (Allahku, Allahku, men mengapa Engkau meninggalkan Aku?). Tetapi dalam hal inipun kita tahu bahwa Allah sebenarnya tidak tinggal diam, la sedang aktif mengerjakan keselamatan bagi kita, orang- orang berdosa.

Ada cerita tentang seorang pertapa yang menyendiri, merenungi hidup ini. la duduk di bawah pepohonan di suatu tempat yang tidak banyak dilewati orang. Tidak jauh darinya ada sebuah sumur. Sesekali ada orang yang lewat di situ menimba air sumur itu untuk melepaskan dahaganya. Suatu kali ada seorang pria menimba air sumur itu. Saat ia menimba air, kantong uangnya terjatuh. Pria itu lalu pergi meninggalkan sumur itu tanpa sadar bahwa kantong uangnya terjatuh di pinggir sumur.

Lalu datanglah seorang pria lain yang juga mau minum dari air sumur tersebut. Saat orang itu mau menimba air, dia melihat ada sebuah kantong uang tergeletak di tanah. Ia mengambilnya lalu segera lari pergi meninggalkan sumur tersebut. Tidak berapa lama datanglah seorang lain lagi ke sumur itu. la menimba air, meminumnya dan duduk sebentar untuk beristirahat di pinggir sumur itu. Saat pria ketiga ini duduk-duduk, datanglah pria yang kehilangan kantong uang ke sumur itu lagi. la yakin kantong uangnya terjatuh di pinggir sumur itu.

Lalu ia bertanya kepada pria ketiga itu di mana kantong uangnya. Pria ketiga itu bingung dan mengatakan bahwa ia tidak tahu. Maka terjadilah pertengkaran di antara kedua pria tersebut. Pertengkaran itu menjadi perkelahian dan berakhir dengan terbunuhnya orang ketiga, yang sebenarnya tidak tahu-menahu dengan kantong uang itu. Kejadian ini diam-diam diperhatikan oleh pertapa yang ada di tempat tersembunyi, tak jauh dari sumur air itu. Lalu ia berkata kepada Tuhan, "Tuhan inilah yang sering terjadi di dunia ini. Ada orang yang tak bersalah kehilangan

uang begitu saja. Ada orang yang tak bekerja apa-apa bisa mendapatkan uang yang bukan miliknya. Dan ada orang yang tidak bersalah tapi mati dengan sia-sia. Celakanya Engkau diam saja, tidak berbuat apa-apa. Makanya, banyak orang yang tidak mau percaya kepada-Mu."

Lalu Tuhan menjawab keluhan pertapa itu. Tuhan membukakan hal yang terjadi sebenarnya. Pria yang kehilangan kantong uang adalah pencuri. Uang itu hasil dari pencuriannya. Pria kedua, yang sepertinya tidak bekerja apa-apa tapi mendapatkan kantong uang itu, ia adalah anak dari orang yang uangnya dicuri. Sedangkan pria ketiga yang mati terbunuh adalah seorang penjudi, penzinah dan pembunuh yang sedang melarikan diri dari pihak yang berwajib. Mendengar jawaban dari Tuhan, pertapa itu pun tertunduk malu. la mengakui bahwa Tuhan tidak berdiam diri. Meskipun la kelihatan pasif, tapi sebenarnya la aktif mengontrol semua yang terjadi di dunia ini. Orang percaya dapat selalu mengandalkan pertolongan TUHAN, karna la selalu aktif mengontrol hidup ini. Memang persoalan hidup ini bisa kelihatan sangat besar seperti "big enemy," tetapi TUHAN kita yang selalu aktif menjaga dan memelihara kita adalah "bigger God."

 

Tuhan Peduli terhadap Kelemahan Umat-Nya

Ayat 3 mencatat, "la takkan membiarkan kakimu goyah." Kaki goyah menunjukkan bahwa seseorang sudah mau menyerah. la sudah mau jatuh dan tidak kuat lagi dengan persoalan-persoalan hidupnya. Jika kita di tengah persoalan hidup berkata kepada Tuhan, "Tuhan aku merasa sudah tidak mampu lagi menanggung beban hidupku," itu berarti kaki kita sudah goyah. Tetapi jangan menyerah, karena Tuhan adalah Tuhan yang peduli dengan kelemahan umat-Nya. "la takkan membiarkan kakimu goyah." la takkan membiarkan Anda dan saya menyerah.

Kebenaran ini ditekankan lagi di ayat 5. Pemazmur berkata, "TUHAN-lah Penjagamu, TUHAN-lah naunganmu disebelah tangan kananmu." Apa artinya Tuhan menjaga dan menaungi di sebelah tangan kanan kita? Mengapa tidak dikatakan di sebelah tangan kiri kita? Pada masa itu, prajurit yang pergi berperang tangan kanannya memegang pedang dan

tangan kirinya memegang tameng Jadi tangan kirinya sudah terlindungi tameng sedangkan tangan kanannya tidak terlindungi apa-apa sehingga mudah terkena serangan. Gambaran ini mau menjelaskan bahwa Tuhan kita peduli terhadap bagian diri kita yang lemah. Tuhan melindungi kita di sebelah tangan kanan kita, yaitu bagian dari diri kita yang lemah.

Suatu kali saya pergi ke sebuah toko buku Kristen. Ketika masuk ke toko buku itu, saya melihat sebuah meja yang ada tulisan "Lomba Mewarnai." Saya kemudian ingat bahwa anak pertama saya yang waktu itu baru berumur sekitar tujuh tahun suka sekali mewarnai. Lalu saya mengambil satu kertas bergambar untuk diwarnai dan membawanya pulang ke rumah. Sesampainya saya di rumah, saya memanggil anak saya untuk segera mewarnai. Saya memberitahu dia untuk ikut lomba mewarnai. Kalau sampai bisa menang, dia akan mendapat hadiah buku-buku dan video-video rohani. Lalu dengan semangat anak saya mewarnai gambar tersebut. Tidak sampai satu jam ia telah selesai mewarnai gambar tersebut. Setelah selesai ia meminta supaya saya segera menyerahkan gambar itu ke toko buku yang menyelenggarakan perlombaan. Tetapi saya minta dia bersabar dan menaruh gambar itu di meja saya. Saya berpikir bahwa besoknya baru saya akan serahkan ke toko buku itu.

Tidak lama kemudian, tanpa sepengetahuan kami, anak saya yang kedua, yang baru berumur sekitar tiga setengah tahun, mau ikut-ikutan mewarnai. Ia mengambil pensil berwarna dan mulai mencoret gambar yang telah selesai diwarnai. Saat ia mencoret gambar tersebut, anak pertama saya bertetiak, "Stop! Jangan coret gambar tersebut!" Tetapi terlambat. Gambar tersebut sudah terlanjur tercoret. Maka menangislah anak pertama saya. Seraya ia menangis, istri saya coba menenangkan dia. Lalu sambil menahan tangisnya, anak pertama saya mengambil pensil berwarna, lalu mencoret-coret gambar tersebut. Saya pikir pasti dia marah. Pasti setelah ia mencoret-coret gambar tersebut ia akan merobeknya dan membuangnya. Ternyata tidak! Melalui coretan- coretan tersebut ia membuat gambar angin.

Beberapa minggu kemudian, saat pengumuman pemenang lomba mewarnai itu tiba, ternyata gambar anak perempuan saya menang juara satu. Saat saya bertanya kepada pihak penyelenggara lomba, mengenai

alasan gambar anak perempuan saya menang, maka jawabnya adalah karena anak saya kreatif. Yang lain hanya mewarnai, anak perempuan saya menambahi dengan gambar angin. Kejadian ini mengingatkan saya tentang realita kehidupan ini. Dalam hidup kita seringkali ada "coretan- coretan" hidup. Coretan yang kerapkali menjadi kelemahan atau "cacat" dalam hidup kita. Mungkin bentuk coretan itu adalah dosa masa lalu; kesalahan-kesalahan yang pernah kita buat atau kejadian-kejadian yg memalukan dalam hidup kita. Pendeknya, semuanya itu merupakan "cacat" atau kelemahan-kelemahan dalam hidup kita. Tetapi jika kita mau datang dan berserah kepada Tuhan, la sanggup membuat hidup kita menjadi gambar yang indah.

Apakah coretan atau kelemahan yang ada dalam hidup Anda? Apapun itu, berserahlah kepada Tuhan yang peduli dengan kelemahan kita. la akan mengubah coretan atau kelemahan kita menjadi sesuatu yang indah untuk kemuliaan-Nya. la Allah yang lebih besar dari musuh atau persoalan hidup ini.

 

 

 

 

Tuhan Menjaga Kita Selama-lamanya

Tuhan menjaga kita bukan hanya saat ini, tapi juga masa yang akan datang bahkan sampai selama-lamanya. Kebenaran ini dapat kita lihat dari beberapa ayat di Mazmur 121 ini. Pada ayat 3 dan 4 dicatat kata kerja "menjaga" dalam bentuk present tense. "He who keeps you" (la yang menjaga engkau); "He who keeps Israel" (la yang menjaga Israel). Tapi di ayat 7 dan 8 kata kerja "menjaga" yang dipakai oleh pemazmur menjadi future tense: "The Lord will keep you" (TUHAN akan menjaga engkau); "He will keep your life" (la akan menjaga nyawamu); "The Lord will keep your going out and your coming in" (TUHAN akan menjaga keluar masukmu). Ini menunjukkan bahwa Tuhan bukan hanya menjaga kita saat ini, tapi juga masa depan kita.

Pada ayat 3 dan 4 TUHAN disebut sebagai Pribadi yang menjaga kita yang tidak akan tertidur. "Penjagamu tidak akan terlelap. Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel." Bagian ini sekali lagi menunjukkan bahwa la menjaga kita terus menerus. Ia menjaga kita 24

jam sehari dan tujuh hari seminggu. Pada ayat 6 penjagaan Tuhan terhadap kita dikatakan akan membuat "Matahari tidak menyakiti engkau pada waktu siang atau bulan pada waktu malam." Ayat ini mengajarkan bahwa Tuhan menjaga kita agar terluput dari mara bahaya yang berlangsung terus-menerus baik siang maupun malam.

Suatu kali saya membaca sebuah stiker di mobil yang bertuliskan: Are you afraid of tomorrow? Jesus said, "I was there!" (Apakah engkau takut akan masa depan? Yesus berkata "Aku telah ada di sana"). Mula-mula saya berpikir bahwa tata bahasa atau grammar kalimat tersebut salah. Dengan tata bahasa yang benar seharusnya stiker itu bertuliskan: Are you afraid of tomorrow? Jesus said "I will be there." Tetapi ketika saya merenungkan lebih dalam, saya mengetahui bahwa kalimat tersebut benar. Yesus adalah Allah yang tidak dibatasi oleh waktu. Di masa depan pun Tuhan Yesus sudah ada di sana. Jadi dalam segala pergumulan hidup kita, kita dapat mengandalkan pertolongan Tuhan. la menjaga kita saat ini, masa depan bahkan sampai selama-lamanya.

Ibrani 13:8 mengatakan, "Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya." Yesus adalah Tuhan yang selalu menjagai kita, umat-Nya, baik saat ini, masa depan dan selama- lamanya. Kepada murid-murid-Nya, Yesus berkata, "Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" (Mat. 28:20b).

Suatu kali di Florida, Amerika, ada seorang remaja perempuan yang mengeluh sakit flu kepada ibunya. Karena kondisinya tak kunjung membaik, sang ibu membawanya ke rumah sakit. Dalam perjalanan ke rumah sakit, Edwarda, nama remaja itu, tak sadarkan diri. Sebelum ia pingsan, ia berkata kepada ibunya, "Mama, janji ya, mama enggak akan tinggalkan aku?" (Promise you won't leave me, will you, mommy?) Lalu sang ibu menjawabnya, "Iya Sayang. Mama janji tidak akan pernah tinggalin kamu. Dan janji adalah janji." (Of course not, I would never leave you, darling, I promise. And a promise is a promise). Ternyata itu adalah percakapan terakhir antara sang ibu, Kaye O'Bara (42 tahun) dengan anaknya, Edwarda O'Bara (16 tahun) sebelum Edwarda akhirnya koma berkepanjangan pada 3 Januari 1970, dan sang ibu menepati janjinya.

Semenjak hari itu Edwarda tidak pernah sadarkan diri dari koma, akibat penyakit yang dideritanya. la tak sadarkan diri bukan hanya satu bulan, dua bulan, atau satu tahun, tetapi sampai 38 tahun. Selama itu ibunya terus berada di sisi Edwarda. Dia duduk di pinggir ranjang Edwarda. Bisa dikatakan 24 jam sehari, 7 hari seminggu selama 38 tahun. Kaye, sang ibu, selama 38 itu, tidak pernah tidur sehari lebih dari 90 menit. Pada usia 80 tahun, sang ibu akhirnya meninggal. Walau ia telah berjanji tidak akan meninggalkan anak perempuannya, namun hidupnya terbatas. Sang anak masih hidup dalam keadaan koma, tapi sang Ibu yang menjadi tua meninggal dunia terlebih dahulu.

Tidak demikian dengan janji Tuhan terhadap kita umat-Nya. Tuhan telah berjanji untuk menjagai kita. la tidak akan pernah menjadi tua dan kemudian mati. Penjaga kita memang pernah mengalami kematian untuk menanggung dosa-dosa kita, namun pada hari yang ketiga la bangkit kembali. Dan Kristus yang bangkit dari kematian adalah Tuhan yang hidup selama-lamanya.

 

Penutup

Apakah pergumulan hidup Anda hari ini, di dalam memasuki tahun yang baru ini? Pergumulan hidup apapun, kita dapat hidup berkemenangan bila bersandar pada pertolongan Tuhan Yesus Kristus. Karena Dia adalah Allah yang lebih besar dari persoalan hidup ini (big enemy, bigger God). Dia adalah TUHAN yang Mahakuasa yang aktif menjaga hidup saudara. Dia adalah Tuhan yang peduli terhadap kelemahan kita, dan Dia adalah Tuhan yang menjagai kita selama-lamanya. Jalanilah hidupmu dengan hidup berkemenangan dalam Tuhan.

Posting Komentar