MANAKAH BATU PERTAMA YANG DILEMPARKAN?
MANAKAH BATU PERTAMA YANG DILEMPARKAN?
Ketika mereka terus-menerus
bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka, “Siapa
saja di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu
kepada perempuan itu.” (Yohanes 8:7)
Bayangkan diri Anda berada di tengah kerumunan
orang yang mengepung seorang perempuan yang dituduh berzina. Para penuduhnya,
penuh amarah dan ingin menghukumnya, mendesak Yesus untuk memberikan keputusan.
Di tengah situasi panas itu, Yesus dengan tenang bangkit berdiri dan
melontarkan pertanyaan yang menohok, "Siapa di antara kamu yang tidak
berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."
(Yohanes 8:7)
Pertanyaan sederhana ini bagaikan petir yang
menyambar. Orang-orang yang tadinya penuh amarah mulai terdiam, introspeksi
diri. Perlahan, mereka menyadari bahwa tak seorang pun di antara mereka yang
luput dari dosa. Satu per satu, mereka meletakkan batu di tangan mereka dan
pergi meninggalkan tempat itu.
Kisah ini menjadi pengingat bagi kita semua.
Seringkali, kita mudah menghakimi orang lain tanpa introspeksi diri. Kita lupa
bahwa kita pun manusia yang tak luput dari kesalahan. Kita lupa bahwa kasih dan
pengampunan jauh lebih berharga daripada hukuman dan kebencian.
Profesi pengacara seringkali disalahpahami. Tak
jarang, mereka dicap sebagai pembela orang jahat. Hal ini dialami oleh seorang
pengacara yang sering mendapat komentar miring karena sering mendampingi
tersangka/terdakwa. Ia pun angkat bicara melalui media sosial, menjelaskan
bahwa tugasnya bukan untuk membenarkan kesalahan, melainkan untuk memastikan
proses hukum berjalan dengan adil.
Yesus dalam kisah ini menunjukkan sikap yang sama.
Ia tidak mentolerir dosa, tapi Ia juga tidak langsung menghukum perempuan yang
berzina. Ia melihatnya sebagai manusia yang berhak diperlakukan dengan kasih
dan rasa hormat.
Sikap humanis tidak berarti mentolerir dosa. Kita
harus tetap berani menegur dosa dan kesalahan, termasuk dalam diri kita
sendiri. Kita harus lebih tegas dalam melawan dosa dalam diri sendiri, daripada
kepada orang lain.
Alih-alih menjatuhkan, kita harus menunjukkan
simpati kepada orang yang berbuat salah. Bukan terhadap dosa mereka, melainkan
terhadap pribadi mereka yang melakukan pelanggaran itu. Kita dapat mengingatkan
mereka dengan kasih yang membangun, bukan cibiran dan hukuman yang menjatuhkan.
Ingatlah, suka menghakimi dan senang melihat orang
lain dihukum merupakan tanda bahwa seseorang belum mengalami kasih dan
pengampunan Allah yang sejati. Hanya dengan kasih dan pengampunanlah kita dapat
membantu orang lain untuk berubah dan menjadi lebih baik.
Pertanyaan Refleksi:
- Pernahkah Anda menghakimi orang lain
tanpa introspeksi diri?
- Bagaimana Anda biasanya menanggapi orang
yang berbuat salah?
- Menurut Anda, apa yang dapat dilakukan
untuk membantu orang lain agar terhindar dari dosa?
Pesan Penting:
- Janganlah mudah menghakimi orang lain.
- Hadapilah dosa dengan kasih dan
pengampunan.
- Bantulah orang lain untuk berubah dan
menjadi lebih baik.
Semoga kita menjadi pribadi yang lebih penuh kasih
dan pengampunan, seperti yang diajarkan oleh Yesus Kristus. Amin
LAGU PUJIAN
KJ. 353 - Sungguh Lembut Tuhan Yesus
Memanggil
1. Sungguh lembut Tuhan Yesus memanggil, memanggil
aku dan kau.
Lihatlah Dia prihatin menunggu aku dan kau.
Reff:
"Hai mari datanglah, kau yang lelah, mari datanglah!" Sungguh
lembut Tuhan Yesus memanggil, "Kau yang sesat, marilah!"
2. Janganlah ragu, Tuhanmu mengajak, mengajak aku
dan kau;
Janganlah enggan menerima kasihNya terhadap aku dan kau.
Reff:
"Hai mari datanglah, kau yang lelah, mari datanglah!" Sungguh
lembut Tuhan Yesus memanggil, "Kau yang sesat, marilah!"
3. Waktu serta kesempatan berlalu yang dib'ri aku
dan kau;
nanti gelap kematian membayang mengancam aku dan kau.
Reff:
"Hai mari datanglah, kau yang lelah, mari datanglah!" Sungguh
lembut Tuhan Yesus memanggil, "Kau yang sesat, marilah!"
4. Yesus berjanji memb'rikan kasihNya kepada aku dan
kau.
Ia mengampuni orang berdosa seperti aku dan kau.
Reff:
"Hai mari datanglah, kau yang lelah, mari datanglah!" Sungguh
lembut Tuhan Yesus memanggil, "Kau yang sesat, marilah!"
MENGAMPUNI
Ketika hatiku t'lah disakiti
Ajarku memberi hati mengampuni
Ketika hidupku t'lah dihakimi
Ajarku memberi hati mengasihi
Ampuni bila kami
tak mampu mengampuni
Yang bersalah kepada kami
Seperti hati Bapa mengampuni
Mengasihi tiada pamrih
Seperti hati Bapa mengampuni
Mengasihi tiada pamrih KasihMu
Tuhan di hati kami
Mengasihi tiada pamrih
Posting Komentar