KETAATAN YANG LEBIH UTAMA DARIPADA PERSEMBAHAN
KETAATAN
YANG LEBIH UTAMA DARIPADA PERSEMBAHAN
Tetapi,
kata Samuel, "Apakah Tuhan berkenan pada kurban bakaran dan kurban
sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara Tuhan? Sesungguhnya,
mendengarkan lebih baik daripada kurban sembelihan, mengindahkan lebih baik
daripada lemak domba jantan."
(1
Samuel 15:22)
Ayat
1 Samuel 15:22 menjadi landasan penting dalam memahami relasi manusia dengan
Tuhan. Perikop ini menyingkap esensi persembahan dan ketaatan dalam terang
firman Tuhan. Melalui kisah Raja Saul dan Nabi Samuel, kita diajak merenungkan
makna sejati dari sebuah persembahan yang berkenan kepada Tuhan.
Perikop
ini diawali dengan perintah Tuhan kepada Saul untuk menumpas habis bangsa
Amalek (1 Samuel 15:3). Namun, Saul melanggar perintah Tuhan dengan
menyelamatkan Agag, raja Amalek, serta harta rampasan terbaik (1 Samuel 15:9).
Ketika dihadapkan pada Samuel, Saul berdalih bahwa dia menyelamatkan harta
rampasan untuk dipersembahkan sebagai kurban bakaran bagi Tuhan (1 Samuel
15:15).
Samuel,
dengan tegas, menegur Saul dengan menyatakan bahwa ketaatan kepada Tuhan lebih
utama daripada persembahan (1 Samuel 15:22). Persembahan tanpa ketaatan
bagaikan tubuh tanpa roh, hampa dan tidak berarti. Hal ini diperjelas dengan
pernyataan Samuel bahwa "pembalasan dosa bertenung sama seperti dosa
penyembahan berhala, dan kedegilan sama seperti kejahatan terafim" (1
Samuel 15:23).
Perikop
ini menggarisbawahi pentingnya hati yang tulus dalam persembahan. Memberi dan
mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan adalah tindakan mulia, namun tanpa
ketulusan hati, persembahan tersebut menjadi sia-sia. Motivasi di balik
persembahan, seperti menjilat, mengikat, atau menutupi kesalahan, tidak
berkenan kepada Tuhan.
Ketaatan
kepada Tuhan merupakan manifestasi kasih sejati kepada-Nya. Ketaatan bukan
hanya tentang mengikuti aturan, tetapi juga tentang ketulusan hati dan
penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendak Tuhan. Ketaatan ini diwujudkan dalam
tindakan nyata, mengikuti firman Tuhan dalam setiap aspek kehidupan.
Persembahan
yang berkenan kepada Tuhan tidak hanya tentang apa yang diberikan, tetapi juga
tentang ketaatan dan ketulusan hati yang menyertainya. Ketaatan kepada Tuhan
adalah bukti kasih sejati kepada-Nya dan merupakan harga mati bagi orang
percaya. Tanpa ketaatan, persembahan kita menjadi hampa dan tidak berarti.
Di
era modern ini, di mana ritual keagamaan terkadang lebih diutamakan daripada
ketaatan dan ketulusan hati, pesan 1 Samuel 15:22 tetaplah relevan. Kita
diingatkan untuk tidak terjebak dalam rutinitas keagamaan tanpa makna, tetapi
untuk senantiasa hidup dalam ketaatan dan ketulusan hati kepada Tuhan. Marilah
kita menjadikan persembahan kita sebagai ungkapan kasih dan ketaatan kepada
Tuhan, dengan hati yang tulus dan murni.
- Bagaimana pemahaman
saya tentang persembahan dan ketaatan kepada Tuhan?
- Apakah saya sering kali
terjebak dalam ritual keagamaan tanpa makna?
- Bagaimana saya dapat
menunjukkan ketaatan dan ketulusan hati kepada Tuhan dalam kehidupan
sehari-hari?
LAGU
PUJIAN
"HANYA
DEKAT KASIH-MU BAPA"
Hanya
dekat kasihMu Bapa
Jiwaku
pun tentram
Engkau
menerimaku dengan sepenuhnya
Walau
dunia melihat rupa
Namun
Kau memandangku
Sampai
kedalaman hatiku
Tuhan
inilah yang ku tahu
Kau
mengenal hatiku
Jauh
melebihi semua yang terdekat sekalipun
Tuhan
inilah yang ku mau
Kau
menjaga hatiku
Supaya
kehidupan memancar senantiasa
“KU HIDUP
BAGIMU”
Yesus Kau
kebenaran
Yang
menyelamatkanku
Kau
memb'rikan hu hidup
Dan
pengharapan
Ku ikut
kehendak Mu
Kunyatakan
janjiku
Kepada Mu
Kalau ku
hidup
Ku hidup
bagi Mu
Hatiku
tetap
Tetap
menyembah Mu
Dunia tak
bisa menjauhkan ku dari kasih Mu
Mataku
tetap
Tetap
memandang Mu
Dunia tak
bisa menjauhkanku
Dari kasih
Mu
Posting Komentar