FIRMAN DAN SAKRAMEN (LUKAS 24:35-48)

Table of Contents

 

FIRMAN DAN SAKRAMEN (LUKAS 24:35-48)

1.      Pernakah anda berpikir, apa artinya kita ini hidup?

-          Bernafas, pasti

-          Makan minum, tentu saja

-          Bergerak

-          Bertumbuh

-          Berpikir

-          Bereproduksi

-          Dst.

-          Itu adalah tanda tanda kita hidup

2.      Tetapi apa artinya bahwa kita ini hidup. Tidak mati. Izinkan saya menyodorkan definisi ini.

-          Hidup adalah Ketika kita bisa punya koneksi, kita bisa berhubungan dengan realitas.

-          Hidup adalah Ketika ada hubungan timbal balik antara kita dengan realitas.

-          Contoh: realita cuaca hujan. Kita berespon sedia paying.

-          Lalu lintas di depan macet, kita berespon kurangi kecepatan.

-          Ketika nama kita dipanggil, kita berespon, kita menoleh.

-          Kita menerima stimulan, lalu kita memberi respon. Itu yang Namanya kita hidup. Orang mati tidak melakukan itu.

3.      Ada realita, memaknai lalu menanggapinya. Kita berhubungan dengan realitas. Itulah kita hidup. Tetapi berhubungan dengan realitas, itu sungguh tidak mudah.

-          Karena realitas itu bukan hanya yang realitas yang mendasar. Melainkan realita itu banyak dimensinya.

-          Ada realita fisik yang cukup kita tangkap dengan panca Indera kita, tetapi ada realita yang abstrak yang perlu kita fahami dengan akal. Atau logika.

-          Ada realita yang mudah dimengerti, ada yang perlu dipelajari, diselidiki baru kita mengerti.

-          Ada realita yang sama sekali susah untuk ditangkap, tidak mengerti kita. Karena rumit atau karena memang realita itu penuh dengan tanda tanya.

-          Ada realita hanya bisa ditangkap dengan intusi,

-          ada realita yang hanya bisa diterima dengan iman.

-          Ada realita yang kasa mata atau kelihatan ada yang tidak kelihatan.

-          Ada realitas sederhana tetapi ada realitas yang diluar nalar kita. Berhubungan dengan realita itu tidak mudah. Yang mudah ya mudah. Yang sukar ya sukar.

4.      Waktu itu murid-murid Yesus sukar mencerna kebangkitan Yesus. Bagaimana bisa orang yang sudah mati, di kubur sekarang tiba-tiba katanya bangkit. Itu sebuah realitas yang melebihi pemahaman manusia. Mereka tidak mengerti. Kita juga. Itu sebabnya sudah lebih dari 20 abad sampai dengan hari ini, orang masih mempertanyakan, masih meragukan, masih mempersoalankan kebangkitan Yesus.

5.      Pertanyaan Yesus di ayat 38. Masih dipertanyakan sampai hari ini. Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu. ini tidak mudah dicerna. Tetapi syukurlah Yesus bukan hanya bertanya melainkan dia memberikan alat supaya murid-murid bisa menjawab keraguan itu.

6.      Injil Lukas menjelaskan ada dua hal yang diberikan Yesus kepada murid-muridnya supaya mereka bisa menangkap realitas itu. Supaya mereka bisa mendapatkannya.

7.      Apa saja yang bisa membuat pada murid itu menangkap, mengerti tentang realitas Yesus yang bangkit. Kita lihat ayat 35: lalu kedua orang itu menceriterakan apa yang terjadi di Tengah jalan mereka mengenal dia pada waktu ia memecah-mecahkan roti

8.      Kemudian ayat 45 menyebut begini: lalu ia membuka pikiran mereke sehingga mereka mengerti kitab suci. Dua ayat ini berbicara bagaimana mereka mengerti, menangkap realitas kebangkitan yesus itu. Ada dua unsur ini:

-          Memecah-mecahkan roti.

Mereka mengerti Ketika Yesus memecah-mecahkan roti, saat itulah mereka kenal ini, Tuhan.

-          Ketika kitab suci, mulai dari taurat, nabi-nabi sampai mazmur diterangkan dan Yesus membuka pikiran mereka. Mereka mengerti artinya karena ternyanta kebangkita Yesu situ sudah dikatakan jauh sebelumnya di dalam kita suci.

9.      Kedua hal diatas: memecah-mecahkan roti, dan kitab suci adalah dua sarana yang membuat mereka menjadi terhubung dengan Yesus yang bangkit itu. Ini Yesus, ini dia. Tuhan sudah bangkit. Mereka mengerti.  Sakramen dan firman.

10.  Dua hal ini sungguh penting. Inilah yang injil Lukas yang hendak sampaikan. Kalau anda mau terhubung dengan Yesus yang bangkit. Dua faktor ini harus ada dalam hidup kita. Firman dan sakramen dalam hal ini dalah perjamuan kudus. dua hal yang tidak bisa terpisahkan.

11.  Misalnya dalam soal ibadah saja. Mau anda beribadah dengan gaya apapun, musik trend seperti apapun, anda mau mau beribadah dengan liturgi apapun, mau tenang diam, mau jingkgrak-jingrak. Anda mau berkhotbah dengan model siapapun, yang penting dalam ibadah itu ada dua yang menjadi tonggak: alkitab atau sakramen. Yang penting firman Allah dibaca dan diberitakan dan sakramen diarayakan. Dan itulah yang kita lakukan. Firman dan sacrament menjadi tonggaknya.

12.  Tetapi pengertia firman dan sacrament itu, lebih dari sekedar ritual. Ayat 39-43: lihatlah tanganku dan kakiku aku sendirilah ini, rabalah aku, dan lihatlah karena roh tidak adad aging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padauk. Sambil berkata demikian ia memperlihatkan tangan dan kakinya kepada mereka. Tetapi Ketika mereka masih belum percaya, lalu ia bertanya: adakah makanan padamu di sini? Lalu mereka memberikan dia ikan goreng. Yesus mengambil dan memakan ikan goreng itu di depan mereka. Hantu tidak makan ikan goreng. Artinya Yesus hendak berkata aku bukan hantu tetapi aku ini ada tangan, ada kaki, ada daging, tulang bahkan ada mulut untuk makan ikan goreng. Aku ini nyata, keberadaanku bukan sebuah konsep, seperti orang modern sering menyebut Tuhan itu sebagai universal, aku ini bukan gagasan aku bukan gagasan yang kosong, aku ini Yesus yang bangkit ada wujudnya, ada tubuh yang bisa dipegang, sesuatu yang bisa dirasakan diraba, dikecap dan dimakan.

13.  Kepadamu bukan hanya kusampaikan ucapan tubuh yang hancur darah mencur artinya di dalam Yesus kasih Allah itu realitas, berwujud. Di dalam Yesus kasih Allah itu menjadi Sakramental ada mujudnya yang konkret. Kasih itu bisa ditelan, kasih nikmat. Kasih itu bukan Cuma lagu-lagu, bukan Impian. Kasih itu menyatu dengan pergumulan hidup sehari-hari. Dengan keringat, air mata dan darah.

14.  Karena kasih kita merasa sakit. Ada orang tua anda mencintai anak dari lahir sampai dewasa, berapa kasih yang anda rasakan karena karena kasih itu anda merasa sakit. Karena kasih kita terhantam oleh sesuatu yang kasar bukan hanya halus . Karena kasih kita harus menelan baik yang manis juga yang pahit. Kasih itu nyata banget. Karena kasih keringat kita bercucuran, karena kasih tulang kita terasa ngilu, karena kasih harga diri kita terinjak. Karena kasih kepala kita pusing. Kasih itu konret. Kasih itu sacramental.

15.  Anda tidak berkata aku mengasihimu, tetapi tidak ada wujud yang konkret. Yang Namanya kasih itu sacramental seperti kasih Yesus.

-          Maria mengasihi Yesus: dia memberi waktunya, duduk di kaki Yesus mendengar Tuhan.

-          Marta mengasihi Yesus dia memberikan makanan masakannya untuk menjamu Yesus. Yesus bisa mengecap, mencium, merasakan kasihnya martha dari masakan.

-          Barnabas dan zakheus mengasihi mereka memberikan uangnya.

-          Epafras mengasihi Tuhan ia memberi waktu dan tenaganya untuk melayani rasul paulu Ketika rasul itu sedang berada di dalam penjara, bahkan ephafras sampai kit hamper nyaris mati.  Orang yang mengasihi Tuhan ini, orang yang mengasihi Tuhan yang konret.

16.  Kalau kita mengevaluasi diri betapa jauhnya kita dari kasih yang sakramental. Mengapa? Karena kita ini sering kali menghindari yang tidak enak dari kasih. Kita tidak mau daging kita dibuat sakit, kita tidak mau mau tulang kita nyeri karena sakit, kita tidak mau berkurang dompet kita karena mengasihi. Kita tidak mau perasaan dan harga diri kit akita serahkan untuk mengasihi. Betapa jauhnya kita. Dari kasih yang sacramental ini.

17.  Tetapi apakah kasih hanya bagian yang tidak enak saja, tentu saja tidak. Kebangkitan Yesus hendak menyampaikan kepada kita bahwa kasih itu. Kuasa yang tidak bisa dikalahkan. Kekuatan yang terbesar. Bahkan Ketika darah menguncur, mati dan akhirnya bangkit dan diperbaharui menjadi tubuh kebangkitan, kenapa? Karena kasih itu tidak pernah mati. Kasih sacramental itu tidak bisa dibunuh oleh kesukaran, oleh tantangan, kasih itu tidak mati. Kematian tidak bisa membunuh kasih. Kasih itu selalu menemukan jalan untuk menunjukan dirinya, tidak menyerah maut sekalipun. Kasih itu adalah hidup.

18.  Akhirnya Yesus berkata di ayat 46: kamu adaldah saksi dari semuanya ini. Kita ini adalah saksi yang sacramental itu. Sebelum kita menjadi saksi, kita merasakan ap aitu kasih. Kita harus merasakan jatuh bangunnya mengasihi. Kasih itu jatuh bangun. Kita yang berkeluarga kita tau artinya bagaimana jatuh bangunya mengasihi itu. Betapa kasih itu mengasihi itu menyakiti kita, kita menjalani dengan pergumulan yang berat. Amin

Posting Komentar