YESUS ADALAH JURUMUDI GEREJA
YESUS
ADALAH JURUMUDI GEREJA
(MARKUS
5:35-41)
Sebuah pepatah, berbunyi demikian:
-
Belajar adalah harta karun, yang menyertai
pemiliknya kemanapun ia pergi.
*Maksudnya,
belajar adalah sesuatu yang sangat bernilai, seperti harta karun, dan itu
berlangsung terus selama kita hidup. *Ikut kemanpun kita pergi. Selama kita
hidup, selama itu pula kita belajar. *Hidup ini adalah sebuah sekolah. Sekolah kehidupan.
Yesus menyebut pengikut-pengikut-NYA sebagai murid, bukan cuma pengikut, tetapi
kita itu murid. Dan tugas utama murid adalah belajar.
-
Firman Tuhan hari ini, memberikan inspirasi kepada
murid-murid-Nya dan juga kepada kita tentang bagaimana cara Yesus memegang
kendali, memimpin, mengarahkan kehidupan kita sebagai gereja sehingga kita
menjadi pribadi yang berkarakter, mengalami kedewasaan sebagai murid Kristus. Di
sini Yesus mengajarkan kita beberapa hal:
YESUS DUDUK
Waktu itu posisi Yesus adalah duduk,
di dalam sebuah perahu (ay. 36). Posisi
duduk waktu mengajar ini adalah posisi yang sama dengan para pengajar hukum
taurat di dalam rumah ibadah orang Yahudi. Jadi melalui gestures ini, duduk
diatas perahu, Yesus memberi pesan bahwa proses belajar itu tidak hanya
berlangsung di sinagoge. Proses belajar itu bisa berlangsung di alam terbuka,
di tepi Pantai, ketika ia mengajar di atas perahu. Atau sesungguhnya Yesus mau
mengatakan bahwa proses belajar itu:
-
Tidak hanya di dalam kelas,
-
kuliah,
-
kursus,
-
pelatian,
-
kelas choacing,
-
kelas online,
-
seminar,
-
webinar, dsb.
Proses belajar
itu tidak hanya berhenti hanya di dalam kelas, baik onsite atau online. Yesus
mengajar di sinagoge tetapi juga ia mengajar di tepi Pantai. Di dalam hidup ini,
kita memang harus terus belajar:
-
Belajar dari alam
-
Belajar dari lingkungan sekitar
-
Belajar dari pengalaman masa lampau
-
Belajar dari pergaulan dengan sesama
-
Kita belajar dari kekeliruan
-
Kita belajar dari contoh, teladan
-
Kita belajar dari dunia maya
-
Di dunia maya kita mau cari info apa saja,
research, dan belajar apa saja, ada,
Dengan belajar kita lebih:
-
Lebih mengerti
-
Lebih terampil
-
Lebih sabar
-
Lebih sadar
-
Lebih bijaksana daripada sebelumnya
-
Belajar membuat kita bertumbuh
-
Dan Tuhan mau kita belajar di mana saja, kepada
siapa saja, dari perkara apa saja.
-
Itulah sebabnya ia tidak membatasi belajar di
dalam Gedung sinagoge, itulah sebabnya ia mengajar dialam terbuka. Kelasnya adalah
kehidupan atapnya adalah langit. Kita belajar dimana saja.
Tetapi, kenyataan
bahwa ada Pelajaran hidup yang tidak bisa diunduh dari hal yang lain selain
pengalaman pribadi terutama ketika kita menghadapi badai kehidupan. Ada Pelajaran
hidup yang tidak bisa didapatkan di tempat lain, kecuali Ketika kita harus
menghadapi yang namanya BADAI KEHIDUPAN.
YESUS TIDUR
-
Danau Galilea, itu seperti sebuah manguk raksasa
yang terletak 700 kaki di bawah permukaan laut, dan dikelilingi oleh
bukit-bukit. Udara yang hangat berkumpul dipermukaan di danau Galilea. Tetapi ada
kalanya hembusan-hembusan dingin dari bukit-bukit, menyerbu, berputar di sekitar
permukaan danau Galilea. Dan perjumpaan antara atau percampuran antara udara
dingin dari puncak bukit dengan udara hangat di permukaan danau, menciptakan
angin badai yang datang mendadak dalam hitungan menit di danau Galilea.
-
Apakah Yesus pada waktu itu tau, bahwa badai
menyerbu danau Galilea? Tentu saja Yesus tau. Malah dengan sengaja mengatakan, marilah
kita bertolak ke Seberang (ayat 35). Rupanya terhadap murid-murid-Nya punya
cara mengajar murid-murid-Nya punya metode khusus, yaitu belajar lewat
pengalaman. Dan pengalaman itu, khususnya adalah menghadapi badai, di dalam
kehidupan ini.
-
Yesus sengaja membawa murid-murid itu bertolak ke Seberang,
sementara Ia tau badai akan tiba. Dan benar saja, ayat 37 mencatat begini:
lalu mengamuklah taufan yang sangat dasyat dan ombak menyembur ke dalam perahu
sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. Kondisinya sangat buruk. Para murid,
mereka itu nelayan, dan berpengalaman. Tetapi itupun membuat mereka tidak
berdaya, mereka panik, begitu buruknya keadaan itu. Sementara Yesus sedang
tidur di buritan, di sebuah tilam (ayat 38).
-
Buritan adalah bagian belakang perahu. Tempat terletaknya
perangkat kendali bagi sebuah kapal. Di situ, di bagian kendali itu, ada orang,
tetapi orangnya sedang tidur, waduh itu sangat berbahaya. Itu menggambarkan
bahwa situasi yang tidak terkendali. Seburuk apa itu? Sebuah kondisi yang tidak
terkendali. Tetapi itulah kondisinya, kalau badai kehidupan menyerbu kita
bukan? Kita kehilangan kendali. Sebab tantangan atau persoalan yang kita
hadapi, jauh lebih besar daripada kemampuan yang kita punya. Semuanya menjadi
tidak terkendali.
-
Ada penyakit yang tidak ada obatnya. Atau kalaupun
ada biayanya tidak terjangkau
-
Ada kebangkrutan
-
Utang yang berkali lipat ganda akibat kondisi
-
Ada konflik keluarga sepertinya tidak teratasi
lagi
-
Ada kegagalan besar yang membuat hilang semua
peluang emas dan tidak pernah kembali lagi
-
Ada kondisi pandemik yang betul-betul menyeramkan
-
Ada musibah yang menghadirkan kehilangan demi
kehilangan yang serasa tidak tertanggungkan lagi. Semua itu adalah badai dalam
hidup manusia. Tidak terkendalikan, membuat semuanya terasa begitu berantakan.
Akibatnya
orang menjadi panik. Menganggap Tuhan tidak perduli. Seperti para murid. Guru, Engkau
tidak perduli kalau kita ini binasa? Yang terbayang pada saat itu, adalah
kehancuran, bakal tenggelam, bakal binasa. Kalau Cuma menyanyi: smile at the
storm, menyanyi gampang. Tetapi kalau badainya kita alami sendiri, buka senyum
lagi yang ada tetapi jeritan, ketakutan dan kepanikan.
Tetapi,
itulah bagian dari proses belajar yang Yesus izinkan terjadi pada murid-murid-Nya.
Belajar melalui pengalaman menghadapi badai kehidupan. Belajar dari pada hidup.
Yesus tidur adalah sebuah simbol, yang memberi pesan, membiarkan murid-murid
untuk menghadapi sendiri, seperti seorang coach yang tidak mau terlalu ikut
campur dulu, supaya belajar lebih alami dan lebih baik. atau gampangnya seperti
seorang anak kecil yang sedang belajar berjalan. Ia dibiarkan berjalan sendiri
tertatih-tatih bahkan menangis, jatuh lagi dan bangun lagi, tetapi memang
itulah satu-satunya cara untuk membuat dia
bisa berjalan.
Sekarang musim
penamatan sekolah dan melanjutkan sekolah. Banyak sekolah saat wisuda dan
sengaja menghadirkan seorang tokah yang dianggap berhasil di dalam Masyarakat,
apakah itu:
-
Seniman
-
artis
-
Bisnismen
-
Actor
-
Dll
Untuk memberikan
pidato di depan para wisudawan, mengapa karena selalu ada pengalaman yang bisa
dipetik dari pada tokoh itu, yang diyakini pasti banyak badai dan telah mereka
lewati. Para wisudawan itu, bukan hanya memerlukan Pelajaran di bangku kuliah,
mereka perlu mendengar kuliah kehidupan dari pada tokoh itu.
Di hadapan
pada wisudawan meraka bisa belajar arti ketekunan dan kerja keras. Tuhan tidak
menghidarkan kita dari badai, tetapi Tuhan memakai badai kehidupan untuk
membuat kita belajar. Sebab selalu ada Pelajaran hidup yang hanya bisa di dapat
melalui badai kehidupan. Dan Pelajaran seperti itulah yang akhirnya membawa
kita bertumbuh di dalam pengenalan akan Tuhan, dan itulah yang dialami murid-murid
ketika Yesus bangun.
YESUS
BANGUN
Iapun bangun
menghardaik badai itu, diam tenanglah. Lalu angin itu reda dan danau itu
menjadi teduh sekali. Orang sering berkata: di dalam hidup ini
tidak ada yang abadi termasuk badai kehidupan. Kesukaran juga tidak abadi. Oleh karena
itu jangan kecil hati. Ketika Yesus bangun, dia membuat badai itu berhenti. Ketika
Yesus bangun, terjadi perbahan pusat perhatian, bukan lagi badai yang menjadi
pusat perhatian, melainkan Yesus, siapa gerangan orang ini, sehingga angin
dan badaipun taat kepadanya (41). Yesus yang tidur diburitan di perahu itu,
memegang kendali, bukan hanya atas perahu, tetapi kedasyatan alam semesta. Murid-murit
belajar yang tidur di buritan itu, bukan orang sembarangan lagi. Ia mengusai
kendali seluruh alam semesta, sebab ia Tuhan.
Anak yang sedang belajar
berjalan, memang menangis. Tetapi orang tuanya tidak akan pernah pergi. Anak yang
sedang belajar berjalan memang jatuh dan menangis tetapi orangtuanya menyertai,
mereka memegang kendali, mendampingi, menyemangati, mereka membangunkannya
kembali. Dan mereka terus menyertai selama proses belajar itu. Dan itulah yang
paling penting, bukan? Bahwa Ketika badai itu datang dalam hidup kita, Yesus itu
ada dekat bersama kita.
Begitu pula Ketika kita menjalani
kehidupan ini, sebagai proses belajar, kita tidak pernah sendirian. Yesus bersama
kita di buritan perahu kehidupan kita, memegang kendali, memimpin dengan cara
mendampingi, mengajar dengan cara membiarkan kita belajar sendiri, tidak memanjakan
melainkan memampukan dan mendewasakan, dan itulah tujuan final dari semua
proses belajar di sepanjang hidup kita, terbentuknya karakter, kedewasaan kita
sebagai murid-Nya.
Sebuah doa:
Pimpinlah anakku ya Tuhan tidak
di jalan yang mudah dan menyenangkan saja, tetapi di bawah tekanan dan
kesukaran dan tantangan, sehingga di situ ia belajar untuk berdiri tegak di Tengah
badai, dan belajar menaruh belas kasihan kepada orang-orang gagal. Itulah juga
yang sebenarnya yang Yesus ajarkan kepada murid-murid dan kita semua. Sebuah ketangguhan
karakter dan ketangguhan iman. Amin
Posting Komentar