SETIAP ORANG YANG MEMINTA AKAN MENERIMA
SETIAP
ORANG YANG MEMINTA AKAN MENERIMA
(Matius
7:1-11)
Sebuah
buku yang berjudul: “KENCAN DENGAN KARMA” ditulis oleh Christianto
Wibisono. Dalam bukunya itu ia membahas tentang BERLAKUNYA HUKUM KARMA DALAM
SEJARAH PERPOLITIKAN DI BUMI PERTIWI DI INDONESIA. Kamu menuai apa yang kamu
tabur. Prinsip itu berlaku dalam Sejarah pebuah berpolitikan Indonesia.
Contoh:
Ketika
naik kursi kepresidenan 1968. Jenderal Suharto, menahan 15 Mentri Kabinet Sukarno.
Dia naik menjadi presiden 1968. 30 tahun kemudian 1998, ketika dia dilengserkan,
dia ditinggalkan 15 mentri kabinetnya sendiri. 30 tahun itu menandai sebuah
karma politik. Masih banyak lagi fenomene-fenomena seperti itu yang dicatat
oleh Christianto Wibisono dalam tokoh-tokoh panggung politik Indonesia. Oleh sebab
itu dia memberi judul bukunya: KENCAN DENGAN KARMA.
Istilah
“karma” memang bukan istilah kristiani. Tetapi ada aspek dari pengertiannya
yang secara umum dapat kita terima, yang selaran dengan alkitab, yaitu
pengertian tabur tuai. Kita menuai apa kita tabur.
Hari
ini, dalam bagian khotbah Tuhan Yesus di Bukit, kita pun mendapati sebuah
prinsip Kerajaan sorga yang senada dengan kebenaran. Yaitu bahwa hidup
seseorang itu pada akhirnya merupakan pantulan, refleksi balik dari bagaimana
dia menjalani hidupnya. Bagaimana ia menjalani hidupnya pada akhirnya akan
memantul balik pada dirinya. Semua akhirnya akan kembali kepada kita juga.
Tuhan
Yesus menerangkan betapa hukum ini berlaku terutama dalam tiga bidang kehidupan
kita, yaitu:
1. Penilaian kita
2. Doa-doa kita
3. Perbuatan-perbuatan kita.
Dalam tiga bidang ini hukum tabur tuai ini berlaku.
Penilaian
Patokan, car akita menilai
siapapun, itu akan kembali berlaku bagi kita juga. Karena penghakiman yang kamu
pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi. Dan ukuran yang kamu pakai untuk
mengukur akan diukurkan kepadamu (ayat 2).
Penilai, itu sangat besar
peranannya dalam hidup kita. Suka-tidak suka kit aini setiap hari bergaul
dengan penilaian. Dan selalu menilai. Kita bergaul dengan sesama manusia hampir
selalu melibatkan penilaian. Dan penilaian itu menentukan pilihan kita, Keputusan
kita. Salah menilai bisa membuat kita salah pilih, dan selanjutnya salah
mengambil Keputusan. Menghakimi atau menilai itu, bagian sehari-hari hidup
kita.
Kalau Tuhan Yesus berkata,
jangan kamu menghakimi, itu bukan berarti kita tidak boleh menilai orang sama
sekali, itu tidak mungkin. Tetapi pertama-tama kalau kita menilai harus jelas kita
itu menilai dengan patokan, atau ukuran apa?
- Ada orang menghakimi sesama
hanya karena tidak suka
- Ada orang menilai sejak
semula tendensius. Dia tidak suka dengan kulit yang berwarna….apa
- Ada orang yang menilai
karena iri hati
- Ada orang yang melakukan
penilaian yang ikut-ikutan, yang sebenarnya tidak tau apa-apa.
Penilain-penilai seperti
itu tidak ada ukuran, atau patokan. Kalau ditanya standarnya apa? Tidak jelas.
Menurut Tuhan Yesus sebuah
penilaian barulah benar jika ada dasar yang objektif, yang benar dan nyata. Apa
ukuran sebuah penilaian benar, objektif? Artinya berlaku untuk semua. Termasuk untuk
diri kita sendiri.
Misalnya:
- Kita menilai seseorang dia
kurang jujur, maka standar kejujuran itu berlaku untuk semua, termasuk untuk
kita sendiri. Siapkah kita diukur dengan standar itu. Standar kejujuran? Itulah
tantangan yang Tuhan Yesus berikan.
Oleh
karena itu, janganlah mencari-cari kesalahan, mencaci maki kegagalan,
mengkritisi kekeliruan orang, jika kamu sendiri tidak mau diperlakukan demikian.
Di dalam menghakimi itu berlaku hukum tabur tuai.
Dalam
alkitab hukum tabur tuai, berlaku setiap kali kita melakukan penilaian. Boleh saja
kita menjadi kritis, fungsi kritis diperlukan. Tetapi seorang kritis dalam arti
sebenarnya, dia juga kritis terhadap dirinya sendiri pada waktu yang sama. Pada
hal kritis pada diri sendiri itu butuh kerendahan hati. Orang yang bisa
mengkritisi dirinya sendiri, itu orang yang rendah hati, orang yang
berdisiplin, berjiwa besar, oleh sebab itu tidak mudah mengkritisi diri
sendiri. Maka seorang yang kritis pada arti sebenarnya makai a tidak mudah
mengkritik, dia tidak asal mengkritik seenaknya,
Begitu
juga kalau orang kerjaannya tukang kritik, itu juga malah tidak asli. Orang yang
mudah mengkritik, mencaci maki orang lain itu Namanya kurang kerjaan. Justru orang
tersebut tidak berdamai dengan dirinya sendiri.
Tuhan Yesus benar, menjadi pengkritik sejati itu tidak mudah, sebab menjadi pengkritik harus membutuhkan kematangan pribadi. Sebab ia juga harus beranin mengkritik dirinya sendiri.
Berdoa
Matius
7:7-8 "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan
mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang
meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang
mengetok, baginya pintu dibukakan.
Apa maksud Tuhan Yesus di sini? Apakah
setiap doa kita akan dijawab atau dikabulkan? Apakah itu berarti kitab oleh percaya
bahwa doa yang kita panjatkan itu seperti transaksi dengan Tuhan. Saya minta A
maka dampaknya juga A. apakah itu artinya? Bukan.
Bagi Yesus berdoa itu, berbicara
kepada bapa di sorga, maka yang nanti akan kembali kepada kita jawaban dari
Bapa. Kita berbicara kepada Tuhan dan menerima tanggapan dari Tuhan. Kalau manusia
berdoa kepada Tuhan tetapi ia mempunyai motivasi supaya dipuji, itu Namanya sudah
menerima upahnya. Ada juga yang berdoa yang hanya ingin supaya keinginannya
tercapai, akhirnya bosan.
Oleh karena itu Yesus mengajarkan
kita bahwa berdoa itu masalah hubungan antara anak dan Bapa. Kita meminta
kepada bapa di sorga maka tunggulah jawaban bapa dari sorga. Dan jawabannya
menurut kehendak bapa. Yang tau yang terbaik bagi kita. Jawaban baik jangan
diartikan menurut kita, tetapi menurut Bapa. Jawaban baik dari bapak tidak
mungkin bertentangan dengan kehendak bapa, tidak mungkin bertentangan dengan
firman Tuhan. Ketika tuhan memberi jawaban doa kita, maukah kita
mempersembahkan kepada Tuhan dengan apa yang kita minta?
- Anda berdoa meminta kekayaan, tetapi andai kata diberi Tuhan, maukah kamu memberikannya kembali kepada Tuhan? Itu tabur tuai
Perbuatan-perbuatan
kita.
Apa
yang kita lakukan kepada orang lain, itu sebenarnya perlakuan terhadap diri
kita sendiri, entah itu baik entah itu jahat akan kembali kepada diri kita
sendiri. Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu,
perbuat juga kepada mereka.
Kisah anak
dan ayah atau mie dan telur: kalau kamu mengedepankan kebaikan kepada orang
lain, kebaikan itu juga akan kembali kepadamu.
- Kita ingin dihargai? Mulailah
menghargai
- Kita ingin dipercayai? Tunjukanlah
kejujuranmu
- Kita ingin merasakan suasana
yang ramah? Mulailah ramah dan senyum
- Kita ingin memiliki
sahabat? Mulailah bersikap sebagai sahabat
- Kita ingin diberkati? Jadilah
berkat
Posting Komentar