MENERIMA KENYATAAN

Table of Contents

 

MENERIMA KENYATAAN

(Daniel 1:5, 19)

1:5 Dan raja menetapkan bagi mereka pelabur setiap hari dari santapan raja dan dari anggur yang biasa diminumnya. Mereka harus dididik selama tiga tahun, dan sesudah itu mereka harus bekerja pada raja. 

1:19 Raja bercakap-cakap dengan mereka; dan di antara mereka sekalian itu tidak didapati yang setara dengan Daniel, Hananya, Misael dan Azarya; maka bekerjalah mereka itu pada raja.

Kehidupan ini acap kali membawa kita pada hal-hal, atau kejadian-kejadian, atau berbagai pengalaman buruk yang tidak kita kehendaki, tidak cocok dengan angan, dan harapan, bahkan tak pernah kita bayangkan bisa terjadi. Dan sejujurnya itulah salah satu dari penderitaan dan ketidak-bahagiaan manusia, membuat kita pusing, dan kacau, pahit, dan sakit. Kita menghendaki apa yang tidak kita dapatkan, dan kita mendapatkan apa yang tidak kita kehendaki. Seorang teolog bernama Reinhold Neibuhr, selalu mengajak orang untuk menerima kenyataan tanpa kehilangan pengharapan akan masa depan yang lebih baik. Apapun, seburuk apapun menurutnya kenyataan harus diterima lebih dulu. Malahan ia menjadikan keharusan untuk menerima kenyataan itu, justru sebagai sebuah doa.

Tidak jarang menerima kenyataan memang salah satu hal yang paling sulit dalam hidup ini. Bayangkan ketika kita harus menerima penolakan, menerima kegagalan, menerima kerugian  menerima keterlambatan, menerima pengkhianatan, menerima kekalahan, menerima pengalaman pahit, dan menyakitkan, apa lagi menerima kesusahan, kehilangan, dan kedukaan. Betapa kita bergumul sekali untuk itu. Kita butuh keheningan hati untuk benar-benar dapat menerima kenyataan yang sadang tampil di hadapan kita.

Ketika bangsa Yehuda kalah perang, benteng Yerusalem ditembus lawan mulailah berlangsung gelombang pembuangan rakyatnya ke negeri Babilonia. Terjadilah kekalahan, penawanan, kesedihan, perpisahan, dan kedukaan yang semuanya tak dikehendaki, termasulk yang dialami oleh keempat orang muda, Daniel dan ketiga kawannya, seperti yang diceritakan dalam kitab Daniel. Mereka mendapatkan apa yang mereka tidak kehendaki, ditawan, dipisahkan dari segala yang berkaitan dengan asal-usul mereka. Dipaksa pindah ke negeri yang jauh, dan akhirnya tibalah saatnya mereka juga dipaksa bekerja untuk penjajah, sesudah itu mereka harus bekerja pada raja (Daniel 1:5). Perhatikan kata harus, artinya mau tidak mau mereka harus menerima kenyataan demi kenyataan yang tidak mereka kehendaki. Namun yang menarik adalah kesaksian Alkitab sendiri, bahwa di masa pembuangan di Babel itu, ada dorongan untuk mereka menerima kenyataan. Siapa diantara mereka berangan-angan menjadi tawanan, tidak ada. Dibuang ke negeri orang sungguh tidak pernah menjadi impian, tetapi bagaimanapun, Tuhan membimbing mereka untuk harus menerima kenyataan pahit tersebut.

Apakah artinya menerima kenyataan di sini? Dalam kitab Daniel kita membaca bahwa sekalipun menghadapi rintangan di negeri pembuangan, Daniel dan kawan-kawanya tetap menyerahkan segenap potensi dan memberikan yang terbaik dari diri mereka untuk pekerjaan mereka maka bekerjalah mereka itu pada raja (Daniel 1:19). Hal ini sejalan dengan perintah Tuhan melalui nabi Yeremia agar umat di pembuangan tetap hidup, tetap membangun rumah, membangun rumah tangga, dan bekerja dengan giat, dan bersemangat demi kesejahteraan bersama. Usahakanlah kesejahteraan kota, k emana kamu aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan sebab kesejahteraanya adalah kesejahteraanmu (Yeremia 29:7) artinya meskipun keadaan berlangsung tidak seperti yang kita harapkan dan inginkan ada saatnya kita harus menerimanya dengan tetap mepertahankan sikap yang positif.

Pepatah lama dari Indonesia berkata: tak ada rotan akarpun jadi. Dari kenyataan apa adanya, kita berusaha memanfaatkan seoptimal mungkin. Di tengah masa pandemic sebuah perusahaan mengalami krisis hasil penjualan busana sangat menurun sementara karyawan banyak dan mereka harus hidup dan mereka harus menghidupi keluarganya. Pemilik perusahaan harus menerima kenyataan, perubahan kondisi yang mencemaskan ini. Namun, alih-alih berputus asa, mem PHK para karyawaannya dan menutup perusahaannya ia memohon bimbingan Tuhan dan putar otak untuk mengerjaakan sesuatu ditengah suasanya pandemic ini. Akhirnya terbitlah inspirasinya untuk memproduksi masker dan duster saja. Dua produk yang masih punya potensi pasar. Ternyata benar, ia berhasil mempertahankan bisnisnya, setidaknya ditengah himpitan krisis akibat pandemic. Itulah yang namanya menerima kenyataan tanpa dilimpuhkan oleh keadaan. Menerima kenyataan tanpa kehilangan pengharapan, menerima kenyataan sambil tetap berusaha memetik manfaat positif sebanyak-banyaknya atau sedapat-dapatnya dari kondisi yang tidak menguntungkan.

Jangan hanya menyesali apa yang terjadi, tetapi petiklah pelajaran yang berharga darinya demi bekal esok hari. Jangan hanya mengeluhkan kondisi yang tidak ideal melainkan temukanlah kesempatan pasti tersedia di balik setiap kesempitan, jangan hanya meratapi kehilangan akibat kematian seseorang, namun berupayalah membuat kehidupannya dikenang dan dirayakan secara penuh makna. Jika kegelapan memang harus tiba, jangan cuma mengutukinya, carilah lilin dan nyalakanlah, lalu temukanlah keheningan di tengah kegelapan itu. Masih banyak yang kita bisa kerjakan dengan bantuan lilin itu. Kita membutuhkan pertolongan dan kekuatan dari Tuhan untuk memampukan kita menerima kenyataan yang tidak dapat kita ubah dan harus kita telan sepahit apapun itu. Tetapi itu tidak perlu menjadikannya sebuah akhir dari perjalanan kita, mengapa? Sebab sesudah menerima kenyataan itu kita juga lebih dimampukan oleh Tuhan untuk menyadari bahwa kenyataan tidak harus mengunci kita dalam ketidak berdayaan, kita juga akan diberinya kekuatan dan keberanian untuk mengubah hal-hal yang masih dapat diubah. Sehingga kita sanggup menulis jalan cerita yang berbeda dalam kehidupan kita. Sebuah pernyataan: anda tidak dapat mundur ke belakang dan mengubah permulaannya tetapi anda bisa mulai dari tempat dimana anda sedang berdiri sekarang untuk mengubah penutupannya.

 

Posting Komentar