BAHAN BAKAR SEMANGAT

Table of Contents

 

BAHAN BAKAR SEMANGAT

(Amsal 18:14)

Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa yang memulihkan semangat yang patah?

Ada sebuah cerita, seorang milioner yang sangat bangga pada kepelitannya untuk memberikan penghargaan. Suatu hari kepada akuntannya mati bunuh diri. Dalam pemeriksaan atas pembukuan-pembukuan yang dikerjakannya, tidak ada tanda-tanda yang mencurigakan, malahan sebaliknya pembukuannya sangat sempurna, rapi. Rupanya Ankuntan ini seorang yang sangat jujur dan pendiam. Dia hanya meninggalkan secari kertas, surat pendek yang ditunjukan kepada sang milioner itu. Bunyinya: “Selama 30 tahun saya bekerja, saya tidak pernah mendapatkan dorongan, semangat, satu katapun. Saya bosan”. Orang ini, sekian lama tidak pernah mendapat dorongan, semangat, sampai jiwanya menjadi lumpuh, rapuh, ia bahkan rasa jenuh dan bosanpun tak sanggup ia kalahkan, dia bunuh diri.

Benar firman Tuhan yang barusan kita baca tadi, yang berbunyi: Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa yang memulihkan semangat yang patah?

Dorongan, semangat, itu seperti bahan bakar, yang kalau tidak diisi, tangkinya makin lama makin kosong, habis. Mesin pasti mati. Begitulah manusia. Manusia membutuhkan bahan bakar, semangat. Manusia membutuhkan dorongan, semangat. Dinyalakan oleh dorongan semangat. Wujud konkretnya, adalah penghargaan. Bisa berupa kata-kata pujian, ucapan terima kasih, sikap yang sportif, dukungan moril, pemberian berharga, hadiah-hadiah, bonus dan lain sebagainya. Singkat kata, penghargaan yang memberikan dorongan, semangat.

Semua manusia, ingin sebuah kebenaran yang tidak bisa dibantah. Tidak terkecuali. Semua orang membutuhkan dorongan, semangat sebagai bahan bakarnya. Bahan bakar semangat. Kita butuhkan dari orang-orang yang ada disekeliling kita. Semua orang membutuhkan dorongan dari orang-orang yang ada di sekitar hidupnya. Pertanyaannya adalah apakah itu berarti kita bergantung pada orang lain? Apakah itu berarti kita bergantung pada orang memberi kita dorongan semangat padahal kita tahu tidak ada yang bisa menjamin bahwa manusia akan memberikan itu kepada kita. Apakah kita bergantung pada orang lain? Jawabanya: TIDAK.

Kita memang membutuhkan dorongan semangat dari orang lain, tetapi tidak bergantung dari orang lain. Itu bergantung dari pilihan, sikap hidup kita sendiri. Ada 5 sikap hidup pilihan kita.

1.      Kita harus mulai, kita berangkat dari fakta kebenaran yaitu, bahwa kita dihargai oleh Tuhan. Kita berharga di mata Tuhan. Kita ini berharga bagi Tuhan. Tuhan menghargai kita. Kalau mau berbicara tentang bergantung, kita bergantung pada Tuhan, sebab Tuhan dapat dipercayai. Tuhan memang betul-betul menghargai kita. Tidak terkecuali.

2.      Karena Tuhan menghargai kita, maka kita layak menghargai diri kita sendiri. Jangan berharap orang lain akan menghargai kita, jika kita tidak bisa menghargai diri kita sendiri. Kalau kita bersikap minder, rendah diri, maka itu sebuah pertanda kepada orang lain bagaimana mereka menghargai kita. Penghargaan mereka akan berangkat dari ukuran rasa minder kita sendiri, sebaliknya kalau kita tampil percaya diri, maka itu memberikan pertanda kepada orang lain, bagaimana mereka harus menghargai kita.

3.      Kita ini makhluk atau manusia yang diciptakan Tuhan dinamis, bergerak, berkembang. Oleh karena itu, kita harus meningkatkan kualitas, mutu diri kita sendiri. Mengembangkan talenta, potensi kita, mengasah kemampuan kita, memperluas relasi kita, berusaha meningkatkan prestasi kita, memperbaiki penampilan diri kita. Dengan sendirinya. Jikalau kita meningkat, kualitas diri kita meningkat dengan sendirinya penghargaan akan diberikan oleh orang lain kepada kita, ketika kualitas diri kita meningkat dengan sendirinya orang akan lebih menghargai kita.

4.      Di dalam hidup ini, berlaku prinsip bumerang. Apa yang kita lemparkan, itulah yang akan kembali kepada kita. Kalau kita menyadari bahwa kita membutuhkan penghargaan, maka lemparkanlah penghargaan itu terlebih dahulu. Jangan berharap orang lain menghargai anda kalau anda tidak menghargai orang lain terlebih dahulu. Berikanlah penghargaan terlebih dahulu kepada orang lain siapapun mereka, maka bumerang itu akan kembali kepada kita kepada kita cepat atau lambat.

5.      Sedapat-dapatnya, hiduplah di dalam komunitas yang didalamnya kita bergaul dan menghabiskan waktu kita banyak di situ, komunitas yang bisa saling menghargai dan memberikan dorongan, semangat. Batu arang yang sudah tidak menyala, kalau diletakan di perapian yang sedang menyala dia akan terbakar kembali, bukan? Begitulah juga komunitas dimana kita hidup. Hiduplah diperapian itu, dikomunitas di mana orang bisa saling menghargai dan memberikan dorongan, semangat.

Jadi, kita memang membutuhkan dorongan, semangat dari pihak atau orang lain, tetapi kita tidak bergantung dari orang lain, sebab itu justru bergantung dari bagaimana pilihan, sikap hidup kita sendiri, seperti yang saya sebut dalam 5 langkah tadi. Jadi, jangan tunggu sampai tangki kita menjadi kosong. Tetaplah isi dan tetaplah menyala dalam semangat. AMIN 

 

 

 

 

Posting Komentar