HIDUP DALAM KESATUAN ROH
HIDUP DALAM KESATUAN ROH
(EFESUS 4:1-7)
1)
Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku,
orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang
telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu.
2)
Hendaklah kamu selalu rendah hati,
lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.
3)
Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh
oleh ikatan damai sejahtera:
4)
satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana
kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu,
5)
satu Tuhan, satu iman, satu baptisan,
6)
satu Allah dan Bapa dari semua, Allah
yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua.
7)
Tetapi kepada kita masing-masing telah
dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus.
Pada
waktu Paulus memberi nasihat ini, kepada jemaat Efesus, dia sedang
dipenjarakan. Mengapa Paulus di dalam penjara? Apakah dia orang jahat? Bukan!
Paulus dipenjarakan oleh pemerintah Romawi, karena dia berani memberitakan
injil Yesus Kristus. Apakah kita juga berani mengakui Yesus Kristus setiap
saat? Ataukah kita takut konsekwensinya? Pada masa kini banyak orang Kristen
murtad, mereka pindah ke agama lain, atau walaupun masih Kristen, mereka
sebenarnya tidak perduli akan ajaran Yesus, dan hanya mengikuti arus, hanya
mengikuti mode-mode, tanpa kesaksian yang berani dan setia. Tetapi Rasul Paulus
walaupun sudah dipenjarakan, terus-menerus bersaksi tentang Yesus. Sebenarnya,
tidak ada satu situsai, dimana kita tidak dapat menyaksikan Yesus. Senantiasa
kita bisa menyaksikan, tetapi apakah kita rela mengambil resiko itu? Ataukah kita
melarikan diri kalau ada kesulitan? Apakah kita yang hadir di sini akan setia
pada Yesus sampai akhir? Ataukah menyangkal Yesus seperti Petrus pernah
menyangkal Yesus karena takut?
Nasihat
mana diberikan Rasul Paulus? Begini, Rasul Paulus menuntut agar hidup kita
sebagai orang Kristen “Berpadanan dengan
panggilan” kita. Maksud Paulus, kita bukan hanya orang Kristen yang
pura-pura saja, yang menonton saja, melainkan agar kita hidup sesuai dengan
panggilan kita. Apakah panggilan itu? Panggilan
itu berarti benar-benar menjadi murid Yesus. Bagaimana? Membuka hati dan
pikiran kita menerima ajaran-Nya. Lalu, merelakan diri untuk diutus ke dalam
dunia sebagai duta-duta kerajaan Allah. Saudara, kita sering mendengar firman Tuhan?
kita sering membaca Alkitab setiap hari dan merenungkannya? Apakah kita
mengoreksikan dan menyesuaikan kehidupan kita sesuai dengan apa yang kita baca
atau kita dengar? Dan apakah kita rela
diutus sebagai hamba Tuhan bukan hanya Pendeta, Sinenge dan Satua Niha Keriso,
bukan hanya mereka tetapi setiap warga Jemaat dipanggil menjadi saksi Yesus?
Menjadi saksi Yesus di rumah tangga kita, sebagai ayah dan ibu yang baik yang
mengajar anak-anak untuk menjadi orang Kristen yang baik. Sebagai guru di
sekolah, sebagai Pegawai Negeri Sipil, sebagai Pedagang, sebagai Petani, atau Nelayan
pun. Kita bertanggungjawab sebagai utusan-utusan Tuhan kita Yesus Kristus.
Itulah artinya “hidup berpadanan dengan panggilan” kita, sebagai orang Kristen.
Kemudian
rasul Paulus menjelaskan isi panggilan itu lebih konkret. Setiap warga jemaat
mempertunjukan sikap pribadi tertentu. Apakah sikap pribadi itu? Paulus
menjelaskan tiga hal yang paling penting:
1. Seorang Kristen harus rendah hati. Apakah arti rendah hati? Lawan
kata rendah hati adalah tinggi hati/sombong/angkuh. Orang yang sombong hanya
mau membenarkan dirinya sendiri. Orang sombong tidak suka terbuka berbicara
secara terbuka dengan orang lain, dia juga tidak mau berbicara atau berdoa
secara terbuka kepada Tuhan. tidak mau menerima ajaran dari sesamanya maupun
dari Tuhan. Saudara, bagaimana dengan kita? Apakah kita terbuka pada Tuhan dan
kepada sesama kita? Ataukah kita sombong, angkuh, tinggi hati? Kalau begitu,
kita tidak mengikuti teladan Yesus Kristus: karena Dia walaupun “dalam rupa
Allah….telah mengosongkan dirinya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba” (Filipi
2:6-7)
2. Paulus menasihatkan supaya kita
senantiasa lemah lembut. Lemah
lembut tidak berarti “watak lemah”. Yesus tidak pernah kompromi dengan kuasa
yang tidak adil dan tidak benar. Tetapi, Yesus membantu dan mengampuni
orang-orang yang telah gagal, yang tertindas dan yang dianggap remeh. Yesus,
justru membela hak-hak azasi orang-orang yang tidak mapu. Terhadap orang-orang
farisi, yang memang saleh sekali, tetapi yang tidak tahu kasih. Yesus tegas
sekali. Terhadap orang yang putus asa, yang gagal, yang miskin, yang sakit, dan
yang sedih, Yesus seperti saudara yang mengerti dan membantu. Kelemah lembutan
Yesus adalah kasih-Nya, pada orang-orang yang telah gaga dan yang tiak ada
harapan. Apakah kita juga lemah lembut terhadap orang-orang yang bersusah
payah? Bagaimana sikap kita terhadap orang miskin? Apakah kita juga
mengumpulkan uang dan barang untuk membantu orang-orang yang terlantar?
Bagaimana kita berdiakonia? Saudara, kalau kita tidak memperlihatkan kasih dan
kelemah lembutan secara konkret, kekristenan kita sudah mati dan tidak layak
disebut pengikut-pengikut Yesus Kristus.
3. Sikap kristiani yang ketiga
adalah kesabaran. Orang-orang
Kristen harus sabar. Bukan karena kita tidak berani memperjuangkan sesuatu yang
baik. Memang setiap orang Kristen harus senantiasa memperjuangkan apa yang
baik, benar dan bijaksana. Tetapi sering kita putus asa kalau sasaran kita
tidak tercapai secepat-cepatnya. Kita gelisah kalau tidak ada hasil yang nampak,
atau kita cepat-cepat capek kalau ada yang kita perjuangkan sulit sekali
terwujud. Orang yang percaya juga
sabar dalam kesukaran.
Sikap
pribadi kristiani ini bukan untuk kepentingan diri sendiri. Tujuan segaa
perjuangan orang-orang Kristen adalah untuk menciptakan suatu persekutuan yang
baru. Kristus sendiri adalah pendamai kita. Ia mempersatukan orang-orang Yahudi
dan orang-orang non Yahudi menjadi satu umat. Tembok pemiah antara mereka,
yaitu permusuhan, sudah dihancurkan oleh Kristus dengan mengorbankan diri-Nya sendiri
(Ef. 2:14). Oleh karena itu, hidup berpadanan dengan panggilan kita tidak
terlepas dari memperjuangkan kesatuan dan persatuan gereja.
Murid-murid
Yesus senantiasa akan berubah untuk memelihara “kesatuan roh oleh ikatan damai
sejahtera”. Gereja bukan suatu oraganisasi saja. Gereja adalah
“persekutuan orang-orang kudus”. Bukan orang-orang yang tidak ada dosa, karena
memang dosa itu ada dimana-mana. Tidak ada satu manusiapun yang tidak pernah
berbuat dosa, selain Yesus Kristus. Persekutuan orang-orang kudus itu berarti persekutuan
yang telah dikuduskan oleh Allah. Yang telah diselamatkan oleh darah
Yesus. Dan yang telah dipanggil keluar untuk menjadi duta-duta kerajaan Allah.
Dan menyaksikan tentang Kristus. Gereja adalah orang-orang yang dipanggil
keluar dari dunia ini justru menjadi alat keselamatan Allah di dalam dunia ini.
Jadi, gereja adalah alat keselamatan Allah untuk membawa dan mewujudnyatakan
berita injil. Oleh karena itu gereja harus satu. Gereja harus mencerminkan
Yesus Kristus. Raja Damai. Gereja bukan suatu oraganisasi saja, melainkan suatu
organisme, suatu tubuh. Suatu tubuh memiliki keanekaragaman anggota yang saling
melengkapi. Anggota-anggota tidak bias berdiri sendiri, tidak bisa otonom.
Sebaliknya setiap anggota penting untuk tubuh. Kiasan perut….
Keretakan,
keterpecahan, kekerasan, kemerosotan, tidak ada kesatuan Roh tidak ada ikatan
damai sejahtera, seringkali juga mewarnai orang Kristen dewasa ini, mewarnai
gereja dewasa ini. Apa masalahnya sehingga bisa terjadi demikian? Mungkin bisa
saja kita berkata bahwa:
- Mereka salah bukan kami
- Tidak senang dengan oknum
tertentu
- Tidak senang dengan
keputusan-keputusan
- Haus kekuasaan
- Haus penghargaan
- Kehilangan materi
- Mencari untung dalam gereja.
- Sengaja mengacaukan supaya orang
lain mengalami kegagalan
Saudara-saudara,
sama sekali tidak ada artinya mencari kesalahan orang lain. Tuhan mau supaya
kita memeriksa diri:
- Apakah kita rendah hati?
- Apakah kita lemah lembut?
- Apakah kita sabar?
- Apakah kita benar-benar berusaha
supaya gereja Tuhan di dunia menjadi satu tubuh Kristus?
- Apakah kita hidup berpadanan
dengan panggilan kita? Itu penting.
- Apakah kita sudah menghidupi
firman Tuhan yang telah kita baca, dengarkan, renungkan?
Kalau
kita memberi diri kepada Tuhan. Tuhan juga akan memberkati kita, kalau kita
bertobat ada harapan besar untuk kita, karena Tuhan tidak meninggalkan
milik-nya. Amin.
Ayat Hafalan
Efesus 4:3
Dan berusahalah memelihara
kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera.
Posting Komentar