MERAJUT TALI KEHIDUPAN
MERAJUT TALI KEHIDUPAN
(Mazmur 126:5)
Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai.
Kehidupan ini, memang ramuan antara, tawa dan tangis, duka dan gembira. Kitab Pengkhotbah 3:4 berkata: “ada waktu untuk menangis ada waktu untuk tertawa, ada waktu untuk meratap ada waktu untuk menari”. Keduanya ada, bagaikan dua simpul berbeda warna. Yang terjalin menjadi satu, menjadi anyaman tali kehidupan. Yang paling penting adalah kita mengetahui bagaimanan keduanya terjalin menjadi satu menganyam kehidupan kita, dengan kata lain bagaiman sifat hubungan di antara tangis dan tawa itu, bagaiman sifat hubungan di antara keduanya.
Di dalam Alkitab dijelaskan ada tiga sifat hubungan itu. Yang pertama adalah hubungan yang saling melengkapi, saling mengisi, yang satu selalu ada bersama dengan yang lain, tidak mungkin tidak. Tidak ada ada kesusahan yang sama sekali susah seratus persen, tidak ada kesenangan yang total hanya senang saja. Contohnya: seseorang naik pangkat, naik gaji tentu saja senang, tetapi ingat itu juga ada susahnya karena pekerjaannya tambah banyak. Tanggunggjawabnya pun menjadi lebih berat dan besar. Sebaliknya kalau seseorang sedang terbaring sakit memang tidak enak, tetapi sebenarnya itu juga sebuah kesempatan baik untuk tubuhnya beristirahat sekaligus jiwanya merenung untuk dekat dengan Tuhan, kehidupan membuktikan itu.
Hidup ini selalu terdiri dari keduanya, hadir tampil bersama-sama menjalin peran satu sama lain, saling melengkapi, saling mengisi, sekaligus saling memberi arti. Sama seperti cahaya lampu terang akan bersinar terang dalam kegelapan malam dan juga warna putih akan bercahaya cerah kalau berada di dalam background warna yang gelap.
Hidup ini saling melengkapi, saling mengisi, antara tangis dan tawa juga. Duka dan gembira, pasti. Oleh karena itu, jangan kecil hati dikala engkau sedang susah, dan juga jangan takabur di kala engkau sedang senang.
Hubungan yang kedua, adalah hubungan yang bersifat perbandingan. Apa yang diperbandingkan? Apakah diperbandingkan mana yang kita sukai? Tentu saja tidak. Saya yakin kita pasti lebih suka tawa dan gembira daripada tangis dan derita. Tetapi yang diperbandingkan adalah kegunaannya bagi kita. Kegunaannya untuk membuat kita menjadi orang yang lebih baik. Bukankah kedua-duanya berguna? Ya. Tetapi ada yang lebih berguna
Pdt. Andar Ismail dalam bukunya Selamat Mewaris, menulis begini:” Tawa dan gembira memang perlu, namun kita lebih banyak belajar dari tangis dan derita”. Beliau benar. Jika kita bandingkan, maka kesukaran hidup dan tangis, air mata, duka, menjadi guru yang lebih baik bagi kita, membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik.
Ada sebuah keluarga yang saya kenal dan cukup berada. Waktu dia mengirim anaknya belajar di ibu kota dia membiarkan anaknya 2 tahun 4 semester tidak punya kendaraan mobil, harus terus menggunakan transportasi umum naik bis kota dan seterusnya. Lalu saya bertanya, mengapa? Dan dia menjawab: biar anak saya belajar sabar, biar anak saya belajar bertekun, biar dia tau arti kerja keras, dan memeras keringat, biar dia tau bahwa dia harus berfokus pada apa tujuannya datang ke ibu kota. Baru sesudah 4 semester, anak itu dibelikan mobil, itupun mobil bekas. Ayahnya ingin mengajar anak ini, supaya ia lebih banyak belajar dari kesukaran karena kesukaran bukan kemewahan, adalah guru yang lebih baik bagi kita.
Tuhan mengaruniakan kita air mata. Air mata adalah pelapis pelindung. Ia membentuk lapisan pelindung pada bola mata kita. Dan membasahi mata kita supaya lebih baik berfungsi. Begitu juga dengan air mata kehidupan ini. Air mata kehidupan berfungsi untuk menajamkan mata hati dan nurani kita. Air mata kehidupan berfungsi membuat kita menjadi lebih perduli. Air mata kehidupan membuat kita tau harganya sebuah perjuangan dan air matapun melindungi kita, melindungi kita dari hidup yang dangkal, melindungi kita dari kehidupan yang tidak mau bekerja keras, melindungi kita dari kehidupan yang tidak mau berusaha sama sekali.
Hidup ini adalah perpaduan tawa dan air mata, dan keduanya ada untuk mengajr kita. Tetapi guru yang lebih baik adalah air mata, kesukaran hidup. Pemazmur berkata: hidup kami, masa hidup kami 70 tahun jikalau kami kuat 80 dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan. Pemazmur tahu kesukaran dan penderitaan mengajarnya lebih banyak. Itu sebabnya di ayat berikut ia mengatakan: ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian rupa supaya kami beroleh hati yang bijaksana (Mazmur 9: 10-12).
Sifat hubungan yang ketiga yaitu, kronologis artinya yang satu mendahului yang lain. Berakit-rakit dahulu berenang-renang ketepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Menabur dengan cucuran air mata dan menuai dengan sorak-sorai. Jangan dibalik urutanya. Jangan mudah tergoda untuk hidup dengan kemudahan, jangan mudah mengikuti godaan hidup menempuh jalan pintas, tidak mau yang susah, membuang yang tidak enak. Kita ingin berhasil tanpa kerja keras, kita ingin tertawa tanpa mengerti air mata itu apa, tidak mungkin. Oleh sebab itu, jikalau kita memahami tiga sifat hubungan antara tangis dan tawa, maka kita akan dibuat lebih mudah merangkul keduanya, lebih muda untuk merasa lega dan bersyukur bahwa dalam hidup ini ada kedua-duanya. Amin
Posting Komentar