MENDOBRAK PENJARA NASIB

Table of Contents

MENDOBRAK PENJARA NASIB

1 Tawarikh 4:10

Yabes berseru kepada Allah Israel, katanya: "Kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-limpah dan memperluas daerahku, dan kiranya tangan-Mu menyertai aku, dan melindungi aku dari pada malapetaka, sehingga kesakitan tidak menimpa aku!" Dan Allah mengabulkan permintaannya itu.


Sebagai manusia, kita ini, pasti mewarisi sesuatu, baik dari sejarah sebelum kita, atau dari para pendahulu, leluhur orang tua kita, atau warisan dari masa lalu kita sendiri. Bisa yang baik, bisa pula yang buruk. Warisan yang baik pasti menguntungkan kita, melegahkan dan melancarkan jalan kita ke depan. Warisan yang buruk akan memebani akan menghambat, merugikan jalan kita ke depan. Tetapi yang namanya warisan adalah sesuatu yang diluar kuasa kita untuk mengaturnya. Kita memang harus menampung atau menanggungnya istilahnya kita tinggal mewarisinya saja. 

Kalau warisan itu baik, seperti misalnya nama baik keluarga, harta warisan, benih unggul dari orang tua, kemerdekaan yang diwariskan generasi sebelumnya dalam perjuangan mereka, tentu kita senang dan bersyukur, tidak ada masalah. Tetapi kalau sebaliknya, warisan itu adalah hal-hal yang buruk. Warisan genetik yang kurang baik, kemiskinan, penyakit turunan atau kondisi bangsa yang terjajah oleh karena generasi pendahulu kalah perang. Itu soal lain. Itu tentu sesuatu yang membebani, itu sesuatu yang membuat orang berjuang. 

Kitab Tawarikh, adalah Kitab yang ditulis, ditunjukkan kepada satu generasi umat Israel yang mewarisi kehancuran bangsanya, karena generasi pendahulu mereka kalah perang. Mereka dibuang dijajah, dibawah ke negeri asing, di tanah Babilonia 70 tahun lamanya. Mereka menjadi generasi yang mewarisi kekalahan dan kehancuran bangsa. Setelah 70 tahun mereka diizinkan oleh penguasa untuk pulang kemabali ke negeri asal ke Yerusalem yang sudah tinggal puing-puing reruntuhan, akibatnya mereka pulang tanpa membawa apa-apa. Mereka pulang tanpa warisan yang berharga kecuali Yerusalem yang sudah hancur, mereka pulang tanpa kebanggaan, tanpa harga diri. Generasi ini generasi yang Sakit, terluka. Kepada merekalah kitab Tawarikh ini ditulis dan ditunjukkan. 

Seolah-olah penulis kitab Tawarikh ingin berkata: tak mengapa, engkau tidak punya warisan yang membanggakan tetapi itu bukan berarti engkau tidak punya masa depan. Masa lalu memang mewarisi kepadamu hal-hal yang buruk tetapi bukan berarti masa depanmu pun ikut menjadi gelap. Amsih ada Tuhan.  lalu kitab tawarikh menyusun cerita seorang tokoh bernama YABES. 

Rupanya orang ini lahir dalam kondisi yang tidak normal atau mungkin dia sendiri juga tidak normal secara fisik. Ketika ibunya melahirkan dia. Ibunya melahirkan dengan kesakitan yang luar biasa, sampai-sampai ia diberi nama yang artinya penyebab rasa sakit :”YABES”. Oh kasihan betul orang ini, seolah-olah di dalam dirinya kesakitan-kesakitan adalah sesuatu yang melekat kepada dirinya, diwariskan kepadanya, bahkan dilestarikan  di dalam namanya. Seolah-olah Yebes ini memang tokoh yang mewarisi nasib jelek. Yabes menjadi symbol dari satu generasi yang terluka, yang mewarisi kesakitan karena kekalahan bangsanya. Generasi sakit.   Tetapi kalau kita membaca 1 Tawarikh 4:9 ada yang mengejutkan di situ, karena ternyata diceritakan, si Yabes ini hidupnya lebih mulia dari pada saudara-saudaranya. Yabes ini hidupnya sejahtera. Ia diberkati. Hidupnya mulia. Sama sekali bertolak belakang dengan namanya. 

Saya suka nonton acara televisi Kick Andy. Dalam acara ini banyak ditampilkan kisah-kisah inspiratif tentang orang-orang yang kebetulan mewarisi hal-hal yang tidak menguntungkan dalam hidupnya, seperti: ada yang terlahir cacat. Ada yang sejak kecil yatim atau bahkan yatim piatu. Ada yang dibuang oleh keluarganya sendiri, ada yang mewarisi kemiskinan turun-temurun dari keluarganya sejak kecil, hidup susah setengah mati. Tetapi orang-orang ini, tidak menyerah. Orang-orang ini tidak meratapi keadaannya, mereka juga tidak hanya mengasihani dirinya, sebaliknya dengan rahmat Tuhan mereka dikisahkan mereka berjuang, mereka bekerja keras, mereka bangkit, mereka berusaha, sampai pada akhirnya mereka berhasil. Mereka punya prestasi. Prestasi baik di sekolah, ada yang punya karir dan profesi yang  baik sekali, ada yang sangat berhasi dalam dunia usaha, atau dagang, sehingga hidup mereka akhirnya menjadi manfaat membawa berkat untuk banyak orang, untuk sesama dan keluarganya. Hidup mereka menjadi mulia. Ada perubahan besar dari kondisi terjepit oleh warisan-warisan nasib jelek. Mereka berubah menjadi orang-orang yang hidupnya mulia. 

Kisah-kisah seperti ini, selalu mengingatkan saya pada tokoh YABES. Seolah-olah kisah Yabes ingin berpesan kepada kita semua, bahwa Tuhan itu lebih besar dari pada semua kondisi yang kita warisi. Apapun itu termasuk kondisi yang buruk, termasuk warisan-warisan yang negative. 

Yabes tidak menyerah. Yabes berjuang keras dan dia berseru kepada Allah di ayat 10 dikatakan Yabes berseru kepada Allah dan Allah mengabulkan permintaannya, perjuangan yang tidak kenal menyerah dari Yabes disertai dengan berkat Tuhan, mengubah hidupnya. Jikalau Tuhan memberi perkenan dan rahmat dan kitanya tidak menyerah pada penjara nasib, maka segala sesuatu mungkin terjadi. Segala perubahan bisa saja terjadi. Yang penting kita punya Tuhan dan memulaii segala seuatu dengan Tuhan. 

Benar kata satu nasihat yang berbunyi begini: “engkau boleh kehilangan segala sesuatu dan hanya tersisa Tuhan saja”. Kalau itu yang terjadi engkau punya lebih dari cukup untuk memulai sesuatu yang baru. Yang lain pergi, tersisa Tuhan itu lebih dari cukup untuk engkau memulai sesuatu yang baru. Yang paling penting dalam hidup dan perjuangan kita, masih ada Tuhan. 


 


Posting Komentar