MEMORI

Table of Contents

MEMORI

(Lukas 24:8)

Maka teringatlah mereka akan perkataan Yesus itu.


Ada sebuah tulisan yang menarik untuk disimak, bunyinya, begini: “Lupakan setiap kebaikan yang kamu lakukan, segera sesudah kamu melalukannya. Lupakan sanjungan yang dialamatkan kepadamu, tepat pada saat kamu mendengarnya. Lupakan fitnah yang terdengar ditelingamu, sebelum kamu sempat mengulanginya. Lupakan setiap penghinaan yang ditunjukkan kepadamu, tetapi tidak berhenti sampai di situ saja, masih ada kelanjutannya. Tetapi, ingatlah setiap janji yang kau buat, camkan baik-baik. Ingatlah orang-orang yang pernah membantu, berterima kasihlah kepada mereka. Ingatlah kebahagiaan yang singgah dalam kehidupanmu. Lupakan setiap kekuatiran dan tekanan. Jadilah orang yang penuh pengharapan dan pengampunan. Ingatlah akan kebaikan dan kebenaran. Ingatlah surga itu ada, dan melalui perjalanan waktu akan menemukan bahwa banyak orang akan mencintaimu”.

Saya yakin nasehat ini muncul, karena dalam kenyataan, memang sering terjadi ironi. Manusia terus mengingat hal-hal seputnya dilupakan. Dan sebaliknya, lekas melupakan hal-hal yang sungguh patut untuk diingat. Singkatnya, kita punya problem serius dengan soal mengelolah memori atau ingatan kita. Padahal , apa yang kita ingat, itu sangat menentukan bagaimana rupa kehidupan kita. Ketika yang kita ingat, kejadian yang buruk, hati kita menjadi sedih. Ketika ingatan kita terhubung ke orang-orang jahat yang pernah kita jumpai, amarah pun bangkit. Ketika ingatan kita menempel pada kata-kata buruk, yang pernah terdengar di telinga, jiwa kita terasa terpukul, sekaligus kita dibuat lupa akan segala sisi baik dari kehidupan ini.

Sungguh menarik kabar tentang kebangkita Yesus, langsung menyentuh ingatan para murid perempuan yang pergi melihat ke kubur-Nya. Sebab, sebenarnya itu bukan kabar baru. Kebangkitan Yesus bukan kejadian diluar rencana yang mendadak. Itu adalah bagian dari rancangan keselamtan Allah, yang telah dikabarkan sebelumnya. Pada waktu perjalanan menuju ke Yerusalem, Yesus sudah berkali-kali menyampaikan, kabar kebangkitan itu. Yesus sudah pernah mengatakannya. Pada saat itu, para murid perempuan diingatkan akan perkataan Yesus itu. Perkataan yang kebenarannya tak perlu diragukan. Memori mereka dirujuk pada perkataan Tuhan itu. 

Tetapi bagaimana dengan kesebelas murid pria? Rupanya, rekaman memori mereka pada saat itu, masih terus mengulang kejadian tragis, di hari-hari sebelumnya. Mereka ingat akan pengkhianatan Yudas. Mereka ingat akan penangkapan di Getsemani. Mereka ingat akan ketakutannya yang mendorong mereka melarikan diri. Mereka ingat, teriakan massa yang menmgerikan. Mereka ingat penyaliban yang keji itu. Mereka ingat Yesus mati. Mereka ingat bunyi derap sepatu pasukan romawi, dan seterusnya. Itu terus yang mereka ingat. Akibatnya, mereka dicekam kemurungan. Kesedihan dan dukacita. 

Bagi meraka, kabar sukacita yang dibawa oleh para murid perempuan, bahwa Yesus bangkit, seakan-akan omong kosong belaka. Tidak ada tempat bagi kabar sukacita di hati mereka, sebab memori mereka, sudah penuh dengan kesusahan. 

Apakah yang sedang menempel diingatan anda saat ini? Bayang-bayang ingatan seram, serba menakutkan? Atau kenangan manis pemberi semangat. Jangan biarkan memori kita terus-menerus dijejali oleh kejadian buruk. Pengalaman buruk dan perkataan-perkataan busuk. Jangan biarkan ingatan ingatan kita dijadikan gudang penyimpan, pikiran-pikiran usang, berkarat dan merusak kebahagiaan. 

Kita layak untuk memiliki kehidupan yang baik. Kita punya alternative pilihan. Pilihan untuk menjalani kehidupan yang diarahkan oleh memori akan hal-hal yang baik, indah, luhur, dan bermutu. Tetapi, mungkin anda berkata: Ya, saya tahu. Tetapi bagaimana ini, saya tidak bisa melupukan yang buruk-buruk itu. Setiap kali muncul kembali. Saya tahu, betapa sulitnya melupakan memori buruk. Sejujurnya, kita memang tidak mungkin melupakanya, seperti orang amnesia, atau tiba-tiba lupa ingatan. Itu mustahil. Yang mungkin adalah penggantian atau pengalihan isi memori kita. Kita harus menggantikan ingatan buruk itu, dengan kenangan yang akan sesuatu yang melawannya. Apakah itu? 

Kejadian sesudah Paskah memberi kita inspirasi. Para murid diingatkan akan perkatan Tuhan. janji Tuhan, melalui berbagai macam cara. Mereka terus diingatkan akan perkataan Tuhan, isi kitab suci, janji dan firman Tuhan. Perkataan Tuhan selalu dapat dipercaya, sama seperti perkataan-Nya bahwa Dia akan bangkit dan Dia bangkit. Perkataan Tuhan adalah perkataan hidup yang kekal (Yohane 6:68). Itulah perkataan Tuhan. itulah yang terus-menerus diinstal di dalam memori kita firman, atau perkataan Tuhan Yesus. 

Di tengah cobaan hidup yang cenderung menyerbu kita, dengan kenangan-kenangan buruk dladam ingatan. Kita harus aktif, mengimbanginya. Bahkan menaklukannya dengan ingatan akan perkatan Tuhan. Janji Tuhan. Firman Tuhan yang dapat percayai dan meneguhkan hati dan terutama ingatan akan perkataan Tuhan, akan membawa kita kepada Tuhan sendiri. Tuhan dan perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan-Nya, membawa kita ingat akan Tuhan.

Lalu gerejawi, kidung jemaat nomor 24, mengandung ajakan ini: ingat akan nama Yesus. Kau yang susah dan sedih, nama itu menghiburmu, kemana saja kau pergi. Ya, ingat akan nama Yesus. Ketika merayakan perjamuan kudus. Kita selalu diajak mengingat kebaikan Tuhan, bukan? Merayakannya  dalam syukur. Mengingat kasih-Nya, mengingat pengampunan dari-nya. Mengingat kemenagan-Nya. Tidak heran, Tuhan Yesus mengajarkan kita, untuk melakukan perjamuan kudus itu, seraya mengenang diri-Nya. Sebab itulah sumber kekuatan dan kemenangan kita. Dengan mengenang Yesus, mengingat perkataan-perkataan Tuhan, menggali, mempelajari, mempercayai janji firman-Nya; kita menggantikan ingatan yang buruk dalam memori kita, dengan kebaikan, keluhuran dan kebenaran. 

Selanjutnya kitapun dimampukan untuk bangkit dalam pengharapan dalam rasa syukur, dalam antusiasme, dan dalam gagasan-gagasan yang segar dan tindakan-tindakan yang positif. Anda dan saya, sungguh layak untuk menjalani sebuah kehidupan yang baik. Oleh sebab itu, simpanlah ingatan Tuhan dan kebaikan-kebaikan-Nya di dalam memori kita, agar melalui memori itu Tuhan memimpin kita untuk terus melihat kebaikan-Nya lebih dan lebih lagi.

 


Posting Komentar