MEMBERI KEMBALI
MEMBERI KEMBALI
(Matius 10:8)
Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.
Seorang Pembina olah raga di sekolah menengah mengumpulkan siswanya di lapangan. Kira-kira ada 25 siswa dimintanya berdiri sejajar, di tepi lapangan sebelah sini untuk bersiaga melakukan lomba lari menuju ke ujung lapangan sebelah sana. Tetapi, sebelum tanda mulai dibunyikan ia mengajukan beberapa pertanyaan kepada semua. Pertanyaan pertama, katanya siapa yang tadi sudah sarapan dengan kenyang? Separuh lebih mengangkat tangan. Lalu ia menyuruh mereka yang mengangkat tangan itu untuk maju dua langkah. Pertanyaan kedua, siapa yang tadi malam tidur setidaknya 8 jam? Kurang dari setengah mengangkat tangan dan mereka itu berhak maju dua langkah. Pertanyaaan ke tiga, siapa yang punya tabungan di BANK? Hanya empat orang mengangkat tangan. Mereka boleh maju melangkah dua langkah ke depan. Pertanyaan keempat, siapa yang tinggal bersama kedua orang tua yang masih hidup dan tidak bercerai? Para siswa saling menoleh. Ada delapan siswa saja yang mengangkat tangan dan boleh melangkah dua langkah melewati yang lain. Pertanyaan terakhir, kata Pembina itu: siapa yang memiliki seorang ibu yang tidak harus bekerja sehingga selalu ada di sisi kalian untuk mmbantu dimana perlu? Kembali mereka saling menengok, akhirnya hanya tiga orang siswa mengangkat tangan. Mereka diizinkan melangkah dua langkah ke depan.
Kemudian, berdasarkan posisi start yang tidak sejajar itu, pembina segera meniupkan peluit tanda perlombaan dimulai. Tiba-tiba seorang siswa berteriak, ini tidak adil. Kemudian diikuti oleh beberapa siswa yang lain. Pembina itu segera mengumpulkan ke 25 anak itu disekelilingnya, lalu dia berkata siapa bilang hidup ini adil? Kemudian ia melanjutkan petuahnya, kamu tau apa itu hak istimewa, itu sesuatu yang ada padamu sebagai sebuah pemberian, bukan karena kerja kerasmu, itu semacam keberuntunganmu yang membuat engkau tidak harus memulai dari nol. Setiap kita yang diberi hak istimewa, apapun bentuknya, jangan prnah meremehkannya. Berterimakasihlah untuk itu, karena tidak semua orang memilikinya. Kesehatan, anggota tubuh yang lengkap, keluarga yang masih utuh, sarapan pagi yang yang cukup, tabungan yang masih ada, orang yang senantiasa siap dan ada untukmu, kesempatan lancar dan sebagainya. Itu semua hak istimewa.
Kelak jika kau sudah dewasa, jalanilah hidupmu dengan kesadaran bahwa dirimu sudah mendapat banyak hak istimewa, maka kembalikanlah apa yang sudah kau dapatkan itu berupa kebaikan dan pelayanan kepada sesama dan masyarakat. Pembina itu, sungguh memberikan sebuah pelajaran hidup yang sangat baik.
Serupa apa yang Tuhan Yesus ajarkan kepada murid-muridnya. Ketika dia mengutus dan memperlengkapi mereka untuk melayani masyarakat disekitar, disampaikan-Nya pesan ini: kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma (Matius 19:8)
Banyak hal yang telah kita terima dalam hidup ini, hal-hal yang kita peroleh, waktu kita masih terlalu kecil untuk bisa membalasnya. Hal-hal yang tersedia, tanpa kita meminta atau mengusahakannya, pemeberian-pemberian yang tak mungkin kita bayar impas sampai kapanpun dengan apapun. Bahkan kebaikan-kebaikan yang sebenarnya tidak pantas kita terima, kecil maupun besar, material maupun non material, kita menerimanya cuma-cuma. Semua itu disebut hak istimewa atau dalam bahasa iman Kristen kita menyebutnya anugerah.
Kalau kita menyadari bahwa diri kita telah dilimpahi anugerah dalam hidup ini, apakah respons yang terbaik yang dapat kita berikan? Jawabannya ialah milikilah suatu sikap bersyukur. Jika Tuhan adalah pemberi anugerah yang maha murah, selayaknya kita ini penerima anugerah yang tahu beryukur. Apa wujud nyata dari tahu bersyukur itu?
Ilmuan albert Einstein, pernah berkata begini: adalah kewajiban setiap orang untuk mengembalikan kepada dunia ini, paling tidak setara dengan apa yang ia dapatkan darinya. Dalam sudut pandang iman Kristen kita juga bisa mengartikannya: itulah wujud nyata dari bersyukur yaitu memberi kembali (Giving back). Kepada siapa saja, semua anugerah yang kita terima dalam hidup kita dari sejak kita kecil.
Mengembalikan kepada siapa? Memberi kepada orang tua, memberi kepada gereja, memberi kepada kampus atau sekolah atau almamater kita, memberi kepada kaum lemah, orang-orang miskin papa, memberi kepada mayarakat yang kurang beruntung, memberi kepada banyak pihak yang melalui banyak saluran, pasti tersedia. Singkatnya memberi dengan kesadran bahwa kita telah lebih dahulu diberi.
Tuhan tidak membutuhkan apa-apa dari kita sebagai balasan pemberian-Nya kepada kita, tidak. Tetapi yang Dia kehendaki adalah kita bersyukur dengan cara mengembalikan pemberian itu kepada siapa saja yang pantas menerimanya dari kita. Memberi kembali itulah salah satu wujud penting kita bersyukur dalam hidup ini.
Posting Komentar